KORAN NUSANTARA
Hallo Nusantara indeks Surabaya

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa, Sebagai Orang Yang Beiman Kita Tak Boleh Berputus asa

hallo-nusantaraSejak Senin (1/8), kemarin kita ummat Islam mulai melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan 1432 H. Sebagaimana sering kita dengar dalam ceramah agama yang disampaikan para muballigh, bahwa makna berpuasa itu tidak hanya sekedar menahan nafsu dari keinginan makan dan minum, tapi juga mengendalikan diri dari segala perbuatan tercela yang dilarang Allah SWT. Tanpa kemampuan pengendalian diri, boleh jadi seseorang yang berpuasa tidak memperoleh nilai apa-apa di sisi Allah SWT sebagaimana yang diisyaratkan Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Nasa’i : “Berapa banyak orang puasa yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga; dan berapa banyak orang yang mendirikan ibadah di malam hari, hanya mendapatkan begadang saja.”

Jadi inti puasa yang dalam bahasa Arab disebut shaum itu adalah pengendalian diri atau menahan hawa nafsu dari segala perbuatan tercela yang dilarang Allah SWT. Tujuan dari pengendalian diri itu adalah untuk meningkatkan kualitas manusia sehingga menjadi manusia mulia yang dalam bahasa Al Qur’an disebut muttaqin. Dan bulan Ramadhan merupakan bulan pendidikan dan latihan (tarbiyah) bagi ummat Islam dalam melahiran kader-kader yang bertaqwa (muttaqin).

Kita berharap para pemimpin negeri ini juga dapat melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan dalam arti yang sesungguhnya, yakni mendidik dan melatih diri menjadi orang-orang yang mampu mengendalikan diri dari segala perbuatan tercela. Harapan kita itu didasari kondisi bangsa dan negara yang terus terpuruk karena para pemimpinnya baik formal maupun informal banyak yang tidak mampu mengendalikan diri dari berbagai perbuatan tercela yang dilarang Allah SWT itu, terutama perbuatan korupsi.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa perbuatan korupsi kini merajalela dalam semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain di birokrasi, korupsi juga merambat di lini politik dan lebih menyedihkan lagi pada lini penegakan hukum. Sehingga rakyat nyaris putus asa akan kemungkinan bangsa dan negara ini bisa terbebas dari budaya korupsi.

Namun sebagai orang yang beriman, kita tidak boleh berputus asa. Selain terus berdo’a agar bangsa dan negara ini terbebas dari kejahatan korupsi, kita juga berusaha melakukan pemberantasan korupsi dengan mengendalikan diri masing-masing terhadap perbuatan korupsi. Sebagaimana dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam menegakan amar ma’ruf nahi mungkar itu dimulai dari diri sendiri atau ibda’ binafsi.

Kita juga dapat berperan dalam mencegah dan memberantas korupsi dengan memberi sanksi sosial terhadap para koruptor mulai dari lingkungan tempat tinggal kita. Selama ini masyarakat cendrung menghormati pejabat yang tinggal di lingkungannya bukan karena integritasnya tapi karena harta kekayaannya, apalagi kalau sang pejabat itu termasuk royal memberi sumbangan untuk berbagai kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya.

Tentunya yang paling efektif dalam pemberantasan korupsi tersebut adalah penegakan hukum serta prilaku para pemimpin. Semakin tinggi jabatan dan semakin besar kewenangan sang pemimpin, semakin efektif pula pemberantasan korupsi tersebut. Karena itu sebaiknya pemberantasan korupsi itu dilakukan dengan prilaku dan keteladan para pemimpin secara berjenjang.

Oleh karena itu kita berharap para pemimpin negeri ini dapat melaksanakan ibadah puasa dalam arti yang sesungguhnya yakni kemampuan mengendalikan diri dari segala perbuatan tercela, sehingga dapat menjadi tauladan bagi anak buahnya. Dengan rasa lapar dan dahaga orang berpuasa, kita juga berharap para pemimpin negeri ini semakin peka perasaannya terhadap penderitaan rakyatnya.

Marilah kita menjadikan ibadah puasa Ramadhan ini, bukan hanya sebagai penggembleng kepantasan kita bagi kemuliaan hidup yang telah menjadi hak kelahiran kita, Tetapi terutama untuk menjadikannya bulan pembuktian dari keberhasilan pemuliaan diri kita selama satu tahun yang sudah berlangsung.

Sehingga, kita bukan hanya mempertahankan kualitas yang telah kita bangun selama Ramadhan, tetapi terutama kita membangun kemuliaan diri di atas kualitas pribadi setelah Ramadhan. Menjadi pribadi yang mampu menyelesaikan masalah dan mengatasi kesulitan yang lebih besar, karena kualitas pribadi kita yang setiap tahun menjadi lebih baik daripada kualitas kita di Ramadhan yang lalu.

Itulah sudut pandang yang lebih ramah kepada kebutuhan kita untuk menjadi pribadi yang pantas bagi ukuran dan kualitas kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan hidup yang lebih tinggi.***

Related posts

Pemkot Surabaya Kembali Kirimkan Bantuan Korban Musibah Bencana Alam di Garut dan Sampang

kornus

Pemerintah sebut perangkat Desa dan Honorer tidak dapat THR

DPRD Jatim Desak Pemprov dan Pemkot Surabaya Bangun Jalan Alternatif Ke Pelabuhan Teluk Lamong

kornus