KORAN NUSANTARA
Hallo Nusantara indeks

Puasa Dan Melawan Nafsu Korupsi

hallo-nusantaraBulan suci Ramadhan yang sedang kita jalani saat ini adalah bulan yang di dalamnya mengandung nilai-nilai spiritualistik yang kental. Di dalamnya terkan dung nilai zahid atau zuhud (menghilangkan sifat keduniawian), nilai magh firoh (ampunan dari Tuhan) dan masih banyak nilai lainnya.Puasa bukan sekedar menahan hawa nafsu “momentum”. Maksudnya adalah  menahan hawa naf su ketika di bulan Rama dhan saja, akan tetapi nilai-nilai puasa sebagai trans formasi kebaikan dan pe ningkatan kualitas diri serta masyarakat yang dinamis.

Karena tujuan puasa adalah menahan hawa naf su, maka sebagai umat mus lim harus mengetahui nafsu yang terlarang. Nafsu yang terlarang ini terbagi menjadi dua hal, yakni nafsu amarah (nafsu keburukan) dan nafsu lawwamah (nafsu berbuat baik tapi masih berbuat maksiat). Adanya momen puasa sebagai tempaan untuk melawan dua nafsu tersebut dan mengganti dengan nafsu muthmainnah (nafsu kebaikan).

Korupsi adalah sebagian kecil dari nafsu lawwamah. Tindakan korupsi yang sudah merajalela bahkan membudaya di negeri ini dianggap hal yang biasa, padahal Allah SWT telah melarang hamba-Nya untuk melakukan segala penimbunan harta yang tidak halal. Allah berfirman: “Telah membuat kalian lalai, upaya memperbanyak harta, sehingga kalian masuk liang kubur.” (QS. At-Takasur [102]: 1-2)

Tindakan penimbunan harta ini sudah dijelaskan sebagai nash yang mutlak diharamkan oleh Tuhan yang maha kuasa. Tindakan korupsi yang sudah mengakar ini dalam tingkatan sosial yang rendah sampai pada tingkatan pemerintahan menyumbang kan kepincangan dalam nilai agama dan nilai sosial kemasyarakatan.

Bangsa Indonesia yang sebagian besar memeluk agama Islam dan sebagian besar pula mengerti akan ajaran agama Islam, akan tetapi bisakah mengamalkan dari makna ajaran agama Islam. Dalam catatan tindak korupsi, seperti yang kita ketahui para pelaku korupsi di Indonesia mereka memeluk agama Islam. Artinya, nilai spiritual dalam agama perlu dipertanyakan, apakah agama yang mereka peluk hanya sebagai legalitas kenegaraan saja?

Mengutip pesan dari Sayyidina Umar bin Khottob sang khulafaur- rosyidin ketika beliau menerima jabatan sebagai khalifah, beliau mengatakan; “ La islama illa bil jama’ah wala jama’ata illa bil imarah wala imarata illa bit tho’ah “ (Tiada Islam tanpa komunitas, tiada komunitas tanpa kepemimpinan, dan tiada kepemimpinan tanpa ketaatan).

Pemimpin bangsa Indo nesia juga harus tegas dalam menindak tegas, adil, dan jujur untuk memberantas korupsi, karena korupsi sudah merusak tatanan kemaslahatan umat.

Puasa yang secara baha sa memiliki arti: “menahan” yakni menahan apa saja yang dapat menjerumuskan manu sia pada kemungkaran, se sungguhnya memiliki program perubahan pada diri pelaku nya. Diantara program ter sebut adalah pembentukan mentalitas manusia yang taat, disiplin, dan tangguh dalam mengaktualisasikan ajaran agama.

Proses pembentukan mentalitas manusia tersebut tentu bukanlah mudah. Puasa sebagai ruang dalam proses pembentukan mental disiplin (taat) pun mengisyaratkan kepada para pelaku puasa agar memiliki kesungguhan (iman) dan kesadaran dalam mengi kuti pengkaderan bulan ramadhan. Oleh karena iti, jika kita perhatikan, seruan puasa ditekankan kepada mereka-mereka yang memiliki kei manan: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa…” (Al Baqarah: 183).

Mengapa memerlukan landasan iman untuk meng aktualisasikan ibadah puasa ramadhan? Karena, dengan dasar ke-imananlah instruksi puasa mendapatkan respon keyakinan baik dari pelakunya sebagai kebenaran. Tanpa landasan itu, aktualisasi ibadah puasa hanya akan mengha silkan ibadah kamuflase.

Bahwa puasa bukanlah sekadar rutinitas tahunan, namun lebih dari itu, dapat kita maknai sebagai bengkel perbaikan bagi setiap pelaku nya dalam memperbaiki men tal, sikap, dan perilaku dalam kehidupan sosial. Kemung karan di masyarakat bukan timbul dengan sendirinya. Semua berawal dari ketidak mampuan manusia itu sendiri dalam mengendalikan diri.

Oleh karena itu, marilah momentum puasa di bulan ramadhan ini kita jadikan kesempatan untuk melakukan perubahan diri, sehinga kita menjadi manusia sempurna.**

Related posts

Kapuspen TNI : Tidak Benar Panglima TNI Menyetujui Oknum Militer Diadili Di Peradilan Umum

kornus

Satgas Pamtas Raider 500/Sikatan Taklukan Tim Polres Boven Digoel

kornus

Walikota Akan Bayar Tunggakan Rp 58 Miliar Di RSUD Dr Soetomo

kornus