KORAN NUSANTARA
indeks Surabaya

Pawai Ogoh-ogoh Meriahkan Tawur Agung Kesanga

Surabaya (KN) – Sehari sebelum Hari Raya Nyepi, ribuan umat Hindu berbondong-bondong memadati area Tugu Pahlawan. Dengan pakaian serta atribut lengkap, mereka mengikuti ritual Tawur Agung Kesanga yang kemudian dilanjutkan dengan pawai seni ogoh-ogoh.Turut hadir pada kegiatan tersebut, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Gubernur AAL Ary Atmaja, serta forum pimpinan daerah Kota Surabaya. Dalam sambutannya, wali kota mengatakan, pawai seni ogoh-ogoh sudah masuk dalam kalender event wisata tahunan. Menurutnya, selain sebagai kegiatan keagamaan, arak-arakan ogoh-ogoh juga dapat dinikmati masyarakat umum. Banyak warga yang tertarik melihat ogoh-ogoh karena bentuk dan ukurannya. Makanya, Pemkot Surabaya menggolongkannya sebagai salah satu kegiatan penarik wisatawan.

Risma melanjutkan, kualitas spiritual sangat penting sebagai bekal menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Tak lupa, wali kota mengucapkan selamat tahun baru Saka 1935. “Semoga umat Hindu mendapatkan bimbingan dari Tuhan selama menjalani ibadah Nyepi. Kiranya selalu diberi kedamaian dan kebahagiaan,” katanya.

Sementara Ketua Pelaksana Nyoman Sutantra menjelaskan, rangkaian acara Nyepi diawali dengan Melasti yang dilaksanakan pada Minggu (10/3/2013) di pantai Arafuru. Ritual tersebut merupakan proses penyucian diri dari segala kekotoran duniawi. Umat Hindu yang hadir saat itu diperkirakan mencapai 6 ribu orang.

Keesokan harinya, rangkaian kegiatan Nyepi dilanjutkan dengan upacara Tawur Agung Kesanga. Menurut Sutantra, Tawur Agung Kesanga biasa diselenggarakan di pusat maupun perempatan utama kota atau desa. Tujuannya, untuk membersihkan alam semesta dari roh-roh jahat sehingga nantinya pada saat Nyepi, tercipta suasana yang hening dan seimbang.

Ritual Tawur Agung Kesanga juga dimeriahkan oleh ogoh-ogoh yang diarak mengelilingi Tugu Pahlawan. Sutantra menerangkan, ada 11 ogoh-ogoh dari beberapa daerah sekitar Surabaya. “Berbeda dengan saat Melasti, untuk acara kali ini, umat kami batasi hanya 2.500. Mereka datang dari berbagai daerah seperti Sidoarjo, Gresik, Lamongan, dan Mojokerto,” jelasnya.

Dikatakan Sutantra, ogoh-ogoh merupakan simbol dari kesombongan, angkara murka, keserakahan, dsb. Setelah diarak, ogoh-ogoh tersebut akan dibakar sebagai pertanda kemenangan atas sifat-sifat jahat itu.

“Makanya ogoh-ogoh itu berbentuk raksasa karena sifat-sifatnya memang jahat. Tapi itu semua akan dihancurkan oleh api. Rencananya, sore nanti akan dibakar,” ujar pria yang berprofesi sebagai dosen ITS ini. (anto)

 

Foto : Pawai Ogoh-Ogoh di Surabaya

Related posts

Pemkot Janji Bakal Lepas dan Menyerahkan Terminal Purabaya Ke Pemkab Sidoarjo

kornus

Akhirnya Ikon Jempol Boleh Dipakai di Surat Suara Pilgub Jatim

kornus

Peringati May Day, Gubernur dan Forkopimda Jatim Potong Tumpeng Bersama Ribuan Buruh

kornus