KORAN NUSANTARA
indeks Jatim

Konversi BBM Ke BBG Hanya Permainan Kepentingan Asing

Surabaya (KN) – Ketua Yayasan Konsumen Surabaya-Jawa Timur Syariffuddin Mahmudsyah melontarkan tudingan bahwa konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) hanyalah permainan kepentingan asing.       Tudingan yang dilontarkan itu bukan tanpa alasan, menurut Syaifudin, dari hasil konversi BBM ke BBG, Pertamina saja hanya mendapat bagian 10 persen. Sisanya, diberikan ke pihak asing. BBG yang nantinya akan dikonversikan pun adalah titipan negara-negara kapital. Pemerintah hanya didekte asing untuk merealisasikan konversi tersebut.
“Dari konversi itu, Pertamina hanya 10 persen. Gasnya juga asing. Pemerintah hanya tukang tarik pajak. Pemerintah didikte. (Konversi,red) Ini sebenarnya permainan asing,” terang pria yang juga menjadi Dewan Pakar Masyarakat Ketenagalistrikan Wilayah Jawa Timur, Sabtu (21/1).
Bahkan, menurut Syariffuddin, isu BBM akan habis itu tidak benar. BBM bukan dari fosil, tapi justru sebagian besar berasal dari tumbuhan. Beberapa tahun lalu juga pernah dihembuskan bahwa cadangan minyak bumi di Teluk Mexico akan habis. Tapi faktanya, hingga kini Teluk Mexico masih menghasilkan minyak bumi.
Demikian pula lapangan minyak bumi di Cepu. Per harinya, masih bisa memproduksi 45 ribu liter. Beberapa waktu lalu juga pernah dikabarkan habis. Tapi kenyataannya hingga kini masih berpoduksi. Gelombang Tsunami yang terjadi di Aceh pada 2006 lalu juga memunculkan sumber minyak bumi yang ternyata produksinya lebih banyak daripada Arab Saudi. “Kita sekarang ini dininabobokan. Yang sesungguhnya, Amerika menyerang Irak itu juga untu menguasai sumber minyak,” ujarnya.
Lewat program konversi, rakyat sejatinya dipermainkan. Indonesia dibuat menjadi krisis pun adalah permainan kepentingan asing. Bagaimana mungkin konversi bisa menguntungkan rakyat jika untuk menyediakan alat converter kit saja harus impor?
Padahal, industri lokal sebenarnya bisa membuat alat tersebut. Sayang, kata Syariffuddin, industri dalam negeri tidak dipercaya Pemerintah. Indikasi permainan asing pun semakin kuat ketika konversi BBG itu ‘dipaksakan’ terealisasi April mendatang. Dalam waktu yang sesingkat itu, Pemerintah belum menunjukkan kesiapan infrastruktur. Belum lagi dari sisi harga yang juga kesepakatan Pemerintah dan pihak asing.
Syariffuddin mengatakan harus ada perombakan secara menyeluruh untuk mengubah kondisi tersebut. Indonesia membutuhkan pemimpin yang jujur dan benar-benar berpihak pada rakyat. (ms)

Related posts

BLC Dioptimalkan untuk Pelatihan Pelaku UMKM

kornus

Darurat Nakes, Dewan Minta Pemkot Dorong Pemerintah Pusat Untuk Alokasikan Penempatan PIDI di Surabaya

kornus

BPKP Wajibkan Instansi Di Pusat dan Daerah Utamakan Pengadaan Barang Dalam Negeri

kornus