KORAN NUSANTARA
Headline indeks Jatim

Dewan Desak Pemerintah Percepat Pembangunan Bandara Bawean

ilustrasiSurabaya (KN) – DPRD Jatim mendesak pemerintah agar pembangunan Bandara Bawean di Kabupaten Gresik dipercepat. Pasalnya bandara tersebut saat ini dibutuhkan masyarakat Bawean Gresik.“Dengan dipercepat pembangunan tersebut diharapkan pada 2014 Bandara Bawean dioperasikan,” ujar Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Fuad Masyuni di DPRD Jatim, Jumat (1/11/2013).

Dikatakannya, Bandara Bawean masuk kategori 12 di antara 24 bandara – bandara kecil yang siap beroperasi. Dia meminta pemerintah tidak hanya fokus membangun bandara-bandara besar, tapi juga memikirkan air strip (bandara kecil) di Indonesia. Termasuk Bandara Bawean yang harus dibangun. ”Membangun bandara-bandara kecil sangat penting dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah. Terutama di pedalaman,” tuturnya.

Selain Bandara Bawean, 12 bandara kecil yang siap beroperasi adalah Banda Medan Baru, Pekonserai, Muara Bungo, Bone, Sumarorong, Kuffar-Seram, Tual Baru, Saumlaki Baru, Wai-sai, Kamanap, dan Waghete Baru.

Masyuni menerangkan, pembangunan bandara-bandara perintis tersebut ditanggung sepenuhnya oleh pusat. Sesuai dengan data, investasi untuk membangun bandara-bandara perintis tersebut menyedot anggaran APBN sekitar Rp 3 triliun.

”Kami memprediksi, Bandara Bawean akan ramai karena banyak warga di sana yang kerja di sejumlah negara, seperti Malaysia, Singapura, dan Australia,” paparnya.
Potensi tersebut, sepertinya, disadari sejumlah perusahaan penerbangan. Dia mencontohkan PT Merpati Nusantara Airlines yang punya rencana untuk membuka penerbangan ke Pulau Bawean, Kabupaten Gresik.

Dia mendengar bahwa perusahaan tersebut tengah melakukan kajian aspek potensi penumpang, status bandara, dan harga tiket. “Kami akan terus dorong karena keberadaan Bandara Bawean akan menjadi tambahan pengungkit perekonomian Jatim,” tegasnya.

Merpati mempunyai tiga pesawat kecil jenis Cassa, lima unit Twin Oter, dan 15 unit MA-60. Hanya dua unit Cassa dan 13 unit MA-60 yang beroperasi. Semua pesawat yang berbadan kecil tersebut dikonsentrasikan untuk menerbangi rute – rute perintis di wilayah Indonesia Timur, seperti Papua, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Maluku.

Jika harus menerbangi Pulau Bawean, Merpati harus beli pesawat lagi. Dengan panjang lintasan yang hanya 900 meter, bandara tersebut hanya bisa didarati jenis Cassa dan Twin Oter. Jenis Cassa berkapasitas 20 seat dan Twin Oter 18 seat.

Dia mengungkapkan, penerbangan dari Surabaya ke Pulau Bawean mempunyai potensi besar. Sebab, banyak penduduk Pulau Bawean merantau ke berbagai daerah. Termasuk ke luar negeri. Rata-rata penduduk Pulau Bawean menjadi TKI di Singapura, Malaysia, dan Arab Saudi.

Sementara itu, ada banyak penerbangan rute Singapura-Surabaya dan Kuala Lumpur-Surabaya maupun sebaliknya. Apalagi, moda transportasi laut yang menghubungkan Kota Gresik-Pulau Bawean sangat terbatas.

Saat ini hanya ada dua kapal roro milik Express Bahari dan Tunggal Samudera. Masalahnya, kata Hendro, ketika gelombang laut mencapai ketinggian 3 meter, dua kapal itu enggan beroperasi.

Dampaknya, jam operasional menjadi tidak menentu. Pengelola mendapat banyak komplain dari penumpang. “Ini kan potensial sekali. Kadang, penumpang kapal itu harus menginap sampai tiga hari di pelabuhan,” ujarnya. (rif)

Related posts

Banyak Aset Negara Yang Hilang, Komisi A Ingatkan Pemkot Agar Tidak Mudah Lepaskan Asetnya

kornus

Sukses Kembangkan Urban Farming, Wali Kota Eri Panen Ratusan Golden Melon dan Sayur bersama Kelompok Tani Kosagrha Lestari 

kornus

Pekembangan Covid-19 di Jatim, Pasien Positif 93 Orang Sembuh 17 Orang

kornus