Surabaya (KN) – Ketua Gabungan Pengusaha Rokok (Gapero) Jawa Timur, Sulami Bahar mengatakan, dengan adanya beleid setidaknya industri rokok dalam negeri dapat dikendalikan. Gapero juga mendukung isi dalam beleid yang rencananya akan mengatur atau mempertahankan jumlah produksi rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan menurunkan produksi Sigaret Kretek Mesin (SKM).
“Kami setuju dengan rencana itu, salah satunya dengan tetap mempertahankan produksi SKT, karena selain menggunakan tenaga kerja, rokok SKT juga merupakan budaya bangsa (melinting tembakau) yang sudah ada dari dulu,” katanya di Surabaya, Senin (6/7/2014).
Sulami menuturkan, kondisi 2012-2013 yang terjadi produksi rokok SKT turun hingga 10 persen lantaran semakin tingginya permintaan rokok SKM. Hal tersebut mengakibatkan terjadi penurunan jumlah karyawan pabrik rokok dan meningginya investasi mesin pembuat rokok bagi sebagian perusahaan rokok.
“Market share untuk SKM atau yang biasa disebut rokok mild memang jauh lebih tinggi dibanding SKT. Namun, konsumen SKT yang rata-rata orang tua dan sedikit anak muda itu masih ada. Pasar SKT telah bergeser karena selera, dan pangsa pasar ini memang sulit dikendalikan,” jelasnya.
Adapun produksi rokok yang dihasilkan di Jawa Timur pada 2013 yakni 194,4 miliar batang atau 60 persen dari produksi nasional 324 miliar batang. Pertumbuhan produksi 2013 hanya berkisar 4 persen dibandingkan produksi 2012.
Sulami menambahkan sepanjang semeter I/2014 ini industri rokok daerah mengalami penurunan kinerja karena adanya penerapan pajak rokok daerah 10 persen yang berlaku sejak awal 2014. Pajak daerah tersebut dinilai sangat memberatkan para pengusaha rokok, terutama produsen rokok kecil. Sebelumnya, Gapero telah memprediksi adanya penurunan kinerja hingga 30 persen.
Meski begitu, industri rokok nasional tahun ini dianggap masih bisa berkembang karena tahun lalu pemerintah telah mencabut rencana penaikkan cukai tembakau 2014, sehingga tahun ini industri rokok hanya dikenai pajak daerah. (red)