Surabaya (KN) – Meski sering dilanda bencana, secara umum pemahaman masyarakat Jawa Timur dalam penanggulangan dan penanganan bencana masih sangat rendah. Bahkan, sebagian masyarakat mempunyai sikap mental yang cenderung merusak lingkungan.
“Kendala penanganan bencana di Jatim, salah satunya karena pemahaman masyarakat kurang. Bahkan merusak, seperti kebiasaan menambang pasir liar dikawasan kali Brantas maupun Bengawan Solo, yang sering menyebabkan tanggul longsor dan bencana banjir,” Kata Kepala BPBD Jatim melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jatim Turmudzi, Jumat (7/9).
Kondisi ini direspon pemerintah dengan mencanangkan desa tangguh atau desa tanggap bencana di masing-masing Kabupaten/Kota. Tujuannya desa yang berpotensi bencana dapat mandiri dalam melakukan antisipasi dini terhadap bencana. “Masyarakat kita belum paham, karena itu langkah kita yang terpenting, kita pahamkan dahulu,” tambahnya.
Baru setelah masyarakat paham akan fungsi desa tangguh dalam penanggulangan bencana, langkah selanjutnya, kata Turmudzi, akan digelar sosialisasi yang sifatnya teknis bagaimana mengantisipasi maupun menangani bencana yang ada.
“Dalam tahap teknis ini sekaligus membahas masalah anggaran, pelatihan serta pemberian peralatan yang dibutuhkan dalam penanganan bencana,” jelasnya. (rif)