KORAN NUSANTARA
indeks Nasional

Kasus Nazarudin dan Sikap Elit Partai Demokrat Membuat Rakyat Makin Muak Dengan Parpol

demokratJakarta (KN) – Gelombang sunami politik yang terjadi pada Partai Demokrat telah membingungkan dan membuat rakyat kian muak dengan parpol, serta cara penegakan hukum yang terkesan tebang pilih.
Pasalnya, sebagai partai penguasa, Partai Demokrat tidak mampu mengelola konflik internal yang dipicu kasus M Nazaruddin, sehingga melahirkan sandiwara politik di ranah publik.
Pengamat politik dari LIPI Siti Zuhro mengatakan, apa yang terjadi di Partai Demokrat adalah pembelajaran politik buruk bagi masyarakat. Padahal, selama ini Partai Demokrat sering kali mendengung-dengungkan jargon politik santun.
“Tapi dalam kasus Nazaruddin ini terlihat Partai Demokrat tidak dewasa, tidak matang yang menunjukan ketidakmampuan elit partai dalam menyelesaikan konflik internal,” terangnya.kepada wartawan, Kamis (7/7), pagi Kalau ada kesan kedodoran di mata publik, kata Siti, itu tak salah. Sebab, Demokrat tidak mampu mengatasi ulah seorang Nazaruddin.
Kenapa demikian? Menurut Siti, ibarat permainan sepak bola, Nazaruddin-lah yang memainkan bola panas itu dan siap menendang ke mana saja. “Bola itu dimainkan dengan piawai oleh Nazaruddin. Dia menguasai bola sehingga semuanya bingung mau nendang ke mana. Nazaruddin memainkan ritme, sedangkan lainnya hanya menunggu bola menggelinding ke mana. Ini blunder yang tak terantisipasi sebelumnya oleh elit Partai Demokrat.
Hal senada dikemukakan Rudy Gani, ketua umum Badko HMI Jabotabek-Banten 2010-2012. Dalam rilisnya, sebagai partai panguasa, Demokrat diminta memberi contoh bagaimana politik santun sesuai jargonnya. Bukan sebaliknya, menambah kisruh dan membuat rakyat antipati pada parpol.
“Partai Demokrat diminta untuk menghentikan sandiwara politik yang dimainkan di ranah publik. Sandiwara itu kian menjelaskan praktik politik Demokrat dan karakter kepemimpinan SBY yang mengesankan tak tegas menghadapi persoalan korupsi yang cenderung tebang pilih,” ungkap Rudy.
Pola penyelesaiaan yang dilakukan Partai Demokrat membuat rakyat bingung. Ibaratnya, masing-masing elit saling bunuh-bunuhan. Lagi-lagi drama politik yang tidak mendidik dipertontonkan elit Demokrat. “Indikasi saling bunuh-bunuhan itu lihat saja Ketua Umum melaporkan mantan bendaharanya ke polisi. Ini musibah buruk buat politik kita,” jelas Rudy.
Menurut dia, pertarungan elit Partai Demokrat justru terjebak pada wacana tuduhan dan pembenaran. Persoalannya belum jelas dan harus dijelaskan secara hukum. Berbagai tuduhan Nazaruddin setidaknya dibuktikan di depan pengadilan.
“Nyanyian Nazarudin itu ibarat bola panas yang siap dilempar kapanpun. Kalau Nazarudin mau memperbaiki bangsa, ya sudah keluar saja dari persembunyiaanya. Menyanyilah di depan pengadilan dan KPK, siapa saja yang menerima guyuran uang dari dia. Jangan nyanyi ditempat yang sepi dan sayup-sayup,” ujar Rudy.
Sementara itu kader Demokrat malah menuding ada pihak luar yang mengendakikan kasus Nazaruddin. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Ramadhan Pohan meyakini ada pihak di luar partai yang mengendalikan Muhammad Nazaruddin. Tujuannya, untuk merusak kredibilitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sehingga menjatuhkan pamor Partai Demokrat pada pemilu 2014 mendatang.
Kecurigaan Ramadhan mencuat akibat sikap Nazaruddin yang belakangan menuduh Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng dan teman-temannya di Partai Demokrat menerima duit miliaran dari proyek wisma atlet. “Apakah Nazaruddin bisa sedemikian tega. Dia menari terus dihentakkan rantak gendangnya orang lain di sana,” tambahnya.
Sayangnya, sama dengan inisial Mr A yang konon juga diduga menyebarkan SMS gelap yang mendiskreditkan Presiden Yudhoyono sebelumnya, Ramadhan juga enggan menyebutkan oknum yang dia maksud berada di balik Nazaruddin.
(red)

Related posts

Pengumuman SNMPTN, 92.331 Siswa Diterima dan Dilarang Ikuti SBMPTN

redaksi

Gelora Bung Tomo Meradang, Sejak Diresmikan Belum Hasilkan PAD

kornus

Kemenkes: Aplikasi PeduliLindungi kembali Beroperasi Normal