KORAN NUSANTARA
ekbis hukum kriminal indeks

BI Mencatat Peredaran Upal 2011 Di Surabaya Tertinggi

UPAL-Skbm1Surabaya (KN) – Bank Indonesia Surabaya mencatat peredaran uang palsu (upal) terbanyak terjadi di Surabaya pada tahun 2011 ini. Sedangkan jumlah uang palsu yang beredar pada bulan Juni masih mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan.Hamid Ponco Wibowo Deputy Director Surabaya Regional Office Bank Indonesia Surabaya mengatakan, di Surabaya Upal yang beredar mencapai 5.878 lembar dengan total nilai Rp 460,5 juta, diikuti Kediri dengan jumlah Upal sebanyak 1.865 lembar sebanyak 148,5 juta. Sedangkan di Jember dan di Malang masing-masing menjadi penyumbang Upal sebanyak 1.861 lembar dan 1.486 lembar.
“Kami akan terus melakukan pencegahan terhadap semakin maraknya Upal ini, di antaranya mungkin nanti menambah item security fitur yang biasanya untuk pecahan besar hanya 15 item, bisa kami tambah lagi. Dan yang pasti sistem keamanan kami ketiga yang hanya diketahui oleh Bank Central, belum bisa dibobol pemalsu uang,” ungkap Hamid Ponco Wibowo, Deputy Director Surabaya Regional Office, di kantornya, Senin (11/7).
Ia menambahkan tahun ini terjadi pergeseran uang yang dipalsukan, jika tahun lalu uang yang dipalsukan sebagian besar adalah pecahan 50.000 an, maka tahun ini yang dominan adalah pecahan terbesar 100.000 an. Pada Semester pertama BI Surabaya mencatat jumlah upal yang terungkap adalah sebesar Rp 865,99 juta sebanyak 2.172 lembar. Jumlahnya setiap bulan hampir sama banyak seperti di Januari 2011, sekitar 1.200 lembar. Februari sebanyak 780 lembar, Maret 901 lembar hingga bulan Juni ada 986 lembar Upal.
Dari temuan Bank Indonesia, teknologi pembuatan uang palsu mengalami peningkatan. BI menunjukkan saat ini beberapa item pengaman uang sudah bisa dipalsukan. Saat ini tak hanya gambar air saja yang bisa dibuat oleh pemalsu uang tetapi sudah masuk pada sistem pengamanan uang tingkat kedua yang seharusnya hanya bisa dibuat oleh Perum Peruri sebagai pencetak uang. Dimana tanda hologram tidak terlihat yang ada dipecahan 50.000 berupa penari Bali dan 100.000 an berupa peta Indonesia, kini sudah bisa dibuat.
“Tak dipungkiri kecanggihan teknologi membuat pemalsu semakin lihai bahkan lolos hingga ke beberapa bank bahkan lolos hingga ke beberapa bank. Meskipun mereka mampu menembus tingkat pengamanan kedua kami ini, tetapi kerja mereka masih kasar. Mereka tak mampu memalsukan jenis kertas kami, sehingga dengan mudah masyarakat bisa mendeteksinya, meski ada pengaman keduanya,” jelas Hamid.
Ia berharap para pedagang maupun pelaku ekonomi sektor riil lainnya saat ini harus lebih berhati-hati dalam bertransaksi dengan menggunakan uang pecahan besar. Sebab saat ini upal dengan teknologi tinggi dan kemiripan yang hampir sempurna mulai banyak beredar. (ms)

Foto : Ilustrasi Upal

Related posts

Anggota DPRD Jatim Benjamin Kristianto Sesalkan Sikap Kades Mergosari Sidoarjo yang Larang Kegiatan Rumah Doa Umat Kristen

kornus

Panglima TNI : Jaga Soliditas dan Sinergitas TNI dengan Komponen Bangsa

kornus

Untuk Menciptakan Penyelesaian Politik Yang damai, Diperlukan Pendekatan partisipatif

kornus