KORAN NUSANTARA
indeks Jatim

Agka Kematian Ibu Melahirkan di Jatim Cenderung Meningkat

Surabaya (KN) – Angka kematian ibu melahirkan di Jatim cenderung meningkat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jatim menyebutkan tahun 2007 dari 100.000 ibu melahirkan terdapat 72 kasus ibu meninggal, tahun 2008 terdapat 83 kematian dari 100.000 kelahiran, 2009 terdapat 90,7 kematian dari 100.000, 2010 terdapat 101,4 kematian dari 100.000 kelahiran dan 2011 terdapat 104,3 kematian dari 100.000 kelahiran.

Sekdaprov Jatim, DR Rasiyo dalam Monitoring dan Pembinaan Penanggulangan Gizi Buruk di Surabaya, Senin (15/10) mengatakan, seharusnya dengan meningkatnya pelayanan kesehatan yang saat ini hampir merata berada pada tiap-tiap desa, jumlah kematian ibu melahirkan harusnya bisa ditekan. Namun kenyataannya fakta berbicara lain. “Kami memerintahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan untuk kembali melakukan monitoring apa yang menjadi penyebab peningkatan kematian itu,” katanya.

Rasiyo mengatakan, terkait peningkatan kematian ibu melahirkan, Pemprov dan Tim Penggerak PKK Jatim kini tengah melakukan sejumlah upaya, meliputi peningkatan kompetensi sumberdaya manusia para Bidan, petugas Puskesmas, memberdayakan masyarakat melalui program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi yaitu masyarakat menjadi tanggap dan peduli kepada ibu hamil di lingkungannya dengan mengembangkan ambulan desa, pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan, sistem rujukan yang terkoodinasi dengan baik, serta penataan pembiayaan melalui Jamkesmas, Jamkesda dan Jampersal.

Ia menambahkan, isu kesehatan yang saat ini terus menjadi perhatian pemerintah yakni masalah gizi buruk. Gizi buruk bisa terjadi pada keluarga yang tidak mampu memberikan bahan makanan yang memenuhi standar gizi anak. Bisa juga terjadi pada anak yang menderita penyakit infeksi. Namun sebagian besar terjadi bagi keluarga yang kurang memahami tentang asupan gizi yang baik.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah itu, yakni meningkatkan kampanye Air Susu Ibu (ASI) bagi anak “Usia Emas’. Anak “Usia Emas” adalah bayi yang baru lahir hingga usia minimal dua tahun. “Pada saat itu asupan gizi sangat dibutuhkan bagi balita dan ibupun membutuhkan asupan makanan yang bergizi,” ujarnya.

Pemenuhan gizi harus diupayakan karena usia balita adalah ‘Usia Emas’ yang sangat perlu diperhatikan karena merupakan investasi yang luar biasa untuk peningkatan mutu dan kualitas hidup manusia. Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengoptimalkan penimbangan balita, segera melakukan rujukan ke Puskesmas bila dijumpai balita gizi buruk dan melakukan pendampingan bagi balita setelah sembuh dari gizi buruk. (rif)

 

Foto : Sekdaprov Jatim Rasiyo dalam Monitoring dan Pembinaan Penanggulangan Gizi Buruk di Surabaya, Senin (15/10)

Related posts

Yuddy Cisnandi : Humas Pemerintah Harus Siap Pasang Badan

kornus

Anggaran Kunker DPRD Surabaya Meningkat, Jadwal Ngelencer Padat

kornus

Pemprov Jatim Kembali Raih Opini WTP

kornus