KORAN NUSANTARA
Headline indeks Jatim

Sebagai Negara Kaya Rempah-Rempah, Indonesia Terus Kembangkan Obat Tradisional

ilustrasi-bbat-tradisionalSurabaya (KN) – Indonesia siap mengembangkan obat tradisional, sehingga sedikit demi sedikit dapat mengurangi ketergantungan akan obat konvensional.“Kita akan terus mengembangkan tanaman obat yang ada di daerah-daerah bekerjasama dengan universitas dan pemerintah setempat,” kata Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer Kementerian Kesehatan dr H R Dedi Kuswenda MKes, usai membuka The 1 International Symposium on Tradisional Complimentary and Alternative Medicine The Appliance of Herbal Medicine, Jamu and Complementary Alternative Medicine in Indonesia Integrative Medicine di Surabaya, Sabtu (12/4/2013).

Saat ini menurutnya, ada 250 rumah sakit di Indonesia secara bertahap akan mengembangkan pengobatan tradisional, herbal maupun alternative salah satunya RSUD dr Soetomo Surabaya.

Dedi menambahkan, perkembangan pengobatan tradisional di Indonesia hingga saat ini berjalan baik. Agar tidak disalahgunakan fungsinya, Kemenkes bekerjasama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) akan terus mengawasi pengembangan dan penggunaan jamu dan obat tradisional, sehingga masyarakat bisa mendapatkan pengobatan dengan baik tanpa mengandung zat-zat kimia yang membahayakan tubuh.

Dedi mengatakan pengobatan tradisional itu penting bagi masyarakat sebagai alternatif. “Yang menentukan pasien sendiri, kalau merasa cocok dengan jamu atau pengobatan alternatif ya tidak masalah,” katanya.

Pengobatan tradisional di dunia sudah berkembang pesat, seperti battra di Tiongkok ada 30 persen dan di Amerika ada 20 persen, bahkan di Amerika ada 30-an fakultas yang mempelajari battra secara konsisten.

Bahkan, penelitian tentang pengobatan tradisional sebenarnya cukup banyak, seperti UGM yang sudah memiliki penelitian tentang pengobatan tradisional untuk autisme, IPB yang memiliki penelitian pengobatan tradisional anti-pikun, Unair juga memiliki penelitian tentang khasiat semanggi untuk menghindari osteoporosis atau kayu manis untuk anti-diabetes.

“Tapi, semuanya harus berdasarkan pada keilmuan, karena pengobatan tradisional itu mirip dengan pengobatan konvensional yang memiliki formulasi dalam takaran tertentu, meski obat tradisional tapi bila formulasi tidak sesuai juga bisa berbahaya,” katanya.

Bagaimanapun, pengobatan tradisional merupakan cara pengobatan yang ada sejak jaman kerajaan. Penggunaan bahan-bahan berdasarkan resep nenek moyang, adat istiadat, atau bahkan kepercayaan yang diyakini bersifat magis itu telah diuji secara ilmiah oleh para akademisi dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Selain itu, regulasi juga perlu ditata,” katanya. (rif)

Related posts

Gubernur Khofifah Ajak Pendamping PKH Plus Perkuat Intervensi Komprehensif Lansia Rentan

kornus

KPU Jatim Optimis Para Disabilitas Tetap Bisa Menyalurkan Hak Suaranya Pada Pilkada Serentak Jatim 2018

kornus

Bambang DH Menduga Ada Agenda Tersembunyi Dibalik Penahanan Sukamto Hadi Cs

kornus