KORAN NUSANTARA
indeks Nasional

Pemimpin Masa Depan Diharapkan menjadi Pemimpin Yang Transformasional

Jakarta (KN) – Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Wamen PAN-RB) Eko Prasojo mengharapkan para pemimpin masa mendatang menjadi pemimpin yang transformasional dan bukannya pemimpin transaksional.Hal itu dikemukakan Wamen PAN-RB pada acara penutupan Pendidikan dan Latihan Sekolah Pimpinan (Diklat Sespim) Tingkat I Angkatan XXIV Lembaga Administrasi Negara (LAN), di Jakarta, Selasa (10/7/2012). “Kepada ibu-ibu dan bapak-bapak peserta, setelah mengikuti diklat ini menjadi pemimpin yang reformis, tanggap terhadap perubahan,” katanya.

Diklat Sespim Tingkat I ini diikuti oleh 30 peserta (empat orang diantaranya perempuan) dari delapan kementerian, lembaga pemerintah nonpemerintah, termasuk Polri dan kejaksaan Agung, serta delapan provinsi.

Menurut Wamen PAN-RB, tantangan berat bagi birokrasi bukannya mengadopsi pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan aktivitas sehari-hari, melainkan  melakukan perubahan mental. Ini dia alami sendiri setelah antara 8-9 bulan bekerja di lingkungan birokrasi.

“Dan kesulitan terbesar adalah mengubah kebiasaan. Kebiasaan yang nyaman ke kebiasaan yang kompetitif. Kebiasaan merencanakan sesuatu tidak dengan baik menjadi kebiasaan merencanakan dengan baik. Kebiasaan yang tidak terukur kinerjanya menjadi kebiasaan yang sangat terukur kinerjanya, fokus pada target-target kinerja. Ini yang paling sulit,” tegasnya.

Eko Prasojo mengharapkna setelah mengikuti Diklat Sespim ini peserta bisa menjadi pemimpin yang transformasional, dan harus mengubah dari pemimpin yang transaksional.

“Sudah bukan jamannya lagi ibu-ibu dan bapak-bapak memimpin dengan cara-cara transaksi, apalagi transaksi di luar ketentuan peraturan dan perundang-undangan.  Ini yang paling banyak terjadi di kalangan birokrasi. Transasksi untuk promosi jabatan. Apalagi kelak ibu-ibu dan bapak-bapak menjadi pejabat pembina karir tertinggi dalam reformasi birokarsi, pejabat pembina kepegawaian,” tambahnya.

Terlebih lagi, kata Wamen PAN-RB, “kita sudah harus mulai berpikir menjadi pemimpin transformasional, pemimpin yang nantinya bisa menghasilkan pemimpin-pemimpin baru, pemimpin-pemimin muda yang juga bisa berpikir secara transformasional.”

Eko Prasojo mengingatkan adanya kecenderungan patronasi birokrasi, ketaatan kepada pemimpin yang tidak positif, melainkan dalam kaitannya dengan ketergantungan.

“Ini tantangan terbesar. Sekarang harus tidak boleh lagi melihat orang dari kedekatan dengan seseorang pemimpin, tetapi dilihat dari kompetensi dan kinerjanya. Inilah yang saya maksudkan dengan perubahan kultur, cara berpikir, paradigma. Jadi kalau sebanyak 30 orang peserta ini tidak mampu melakukan perubahan transformarsional dalam diri sendiri dan dalam lingkungan birokrasi, menurut saya diklatpim ini gagal,” tegasnya.

Dalam kesempatan ini Eko Prasojo mengingatkan bahwa para peserta, dan juga alumni lainnya yang berjumlah 702 orang (sudah banyak yang menduduki jabatan eselon I), memegang posisi tertinggi dalam kebijakan birokrasi.
Wamen PAN-RB pun secara sederhana ‘mengukur’ berjalan tidaknya reformasi birokrasi. Dikemukakan reformasi birokrasi itu ibarat sesuatu yang tidak nyaman.

“Jadi bagi saya paling gampang. Kalau sudah mulai merasa gelisah itu berarti reformasi birokrasi mulai berjalan. Tetapi kalau tidak menyebabkan orang gelisah malah menimbulkan pertanyaan, ada apa sesungguhnya dengan reformasi yang sedang berjalan,” tambahnya. (red)

 

Foto : Wamen PAN-RB Eko Prasojo

Related posts

TNI Rekrut Lulusan Sarjana Untuk Jadi Perwira TNI

kornus

Kebutuhan Beras Sekitar 15 Ribu Ton Per Bulan, Pemkot Surabaya Pastikan Stok dan Harga Terkendali

kornus

Ketua BPOKK DPP Partai Demokrat Tegaskan Musda Bukan Adu Suara Terbanyak

kornus