KORAN NUSANTARA
Headline indeks Surabaya

Menolak Penutupan Dolly, Ribuan PSK Dolly dan Jarak Tuding Walikota Risma Pembohong

psk-Dolly- demoSurabaya (KN) – Ribuan Pekerja Seks Komersial (PSK) lokalisasi Dolly dan Jarak, kamis (5/6/2014) kembali menggelar aksi demo menolak penutupan lokalisasi tersebut. Jika sebelumnya aksi penolakan dilakukan dengan mendatangi kantor kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan, kali ini mereka menulis surat diatas secarik kertas. Surat tersebut berisi curahan hati para PSK penghuni lokalisasi Dolly dan jarak itu.

Sekitar pukul 09.00 Wib, secara bergiliran para PSK menuju ke lokasi aksi di Gang Dolly, Kelurahan Putat Jaya. Mereka mayoritas mengenakan pakaian hitam dengan penutup kepala. Tak lupa, mereka juga mengenakan masker dan kacamata hitam. Sehingga, wajah mereka tak  bisa dikenali secara jelas. Setelah di gang Dolly, mereka duduk diatas selembar koran.  Cuaca panas di pagi hari menjelang siang itu tak menyurutkan semangat para PSK untuk menuntut keadilan pada Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Di gang Dolly itulah puluhan spanduk berisi penolakan sudah terpasang. Diantaranya berbunyi, Kami Butuh Hidup Layak, Jangan Gusur Kami”, “Rakyat Bersatu Tak Bisa Dikalahkan”.

Setelah duduk, panitia aksi membagikan secarik kertas putih dan sebuah balpoin. Rencananya, surat-surat yang berisi uneg-uneg PSK ini akan dikirim ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). “Nanti uneg-uneg kalian, kemarahan dan kegelisahan kalian, silahkan ungkapkan dalam sebuah kertas. Kami akan kirim ke Presiden dan Komnas HAM. Supaya mereka tahu apa yang terjadi di Dolly. Jangan seperti Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini) yang pembohong itu, tapi kita harus tetap kompak dalam berjuang. Ini kesempatan kalian mempertahankan masa depan kalian,” kata Kordinator Lapangan (Korlap) Aksi, Afen dihadapan ribuan PSK.

Afen mengatakan, setelah surat dari para PSK ini terkumpul semua, pihaknya akan langsung berangkat ke Jakarta untuk menyampaikannya ke Presiden dan Komnas HAM. Dikirimnya surat dari PSK ke Presiden dan Komnas HAM itu bertujuan agar pemerintah pusat maupun lembaga pemerintah, bisa turun tangan menyikapi penutupan Dolly.

Pihanya berharap, baik Presiden maupun Komnas HAM bersikap sama dengan para PSK, yakni menolak penutupan lokalisasi yang berdiri sejak tahun 1960-an tersebut. “Kami tidak berharap Komnas HAM nantinya akan merekomendasi penundaan. Kami tetap meminta agar Dolly jangan ditutup. Sebab, disinilah kami menggantungkan hidup,” katanya.
Sementara itu, salah satu PSK bernama Ayu menyemangati kawan-kawannya untuk tidak malu menuliskan keinginan mereka. Jika tidak dapat menulis, dipersilahkan untuk menggambar. Yang terpenting pesan dari PSK ini tersampaikan.

“Kami disini kerja mencari nafkah, tapi kami ditindas. Ayo, keluarkan semua uneg-uneg kalian. Kita harus berjuang untuk menghidupi anak-anak kita. Jangan sampai Dolly ditutup. Kita di Dolly ini bekerja, tidak untuk senang-senang. Jika Dolly ditutup, bagaimana dengan yang diluar sana (di panti pijat dan hotel-hotel melati), itu juga tempat prostitusi,” teriaknya.
Salah satu PSK, nampak sedang serius menulis. Dengan mengenakan kacamata hitam, PSK ini menulis surat yang berbunyi “Tolak Penutupan, Aku Masih Butuh Makan, Aku Masih Butuh Biaya Untuk Sekolahkan Anak-anakku, Pokoknya Aku Gak Setuju Dolly di Tutup”.

Seorang PSK lainnya menulis “Oalah Bu Risma Bu Risma, Aku Golek Pangan Gak Njaluk Sampeyan, Kok Arep Mbok Tutup Sandang Panganku, Awak-awak Iki Wis Wong Susah Bu.. Kok Arep Mbok Gawe Lebih Susah Maneh, Awak Dewe Podo Wedok’e Bu, Dolly Ojo Sampek Ditutup, Awak-awak Kerjo Wis Ono Panggonane, Yen Duso Tak Tanggung Dewe Sok Mben Ning Akhirat, Sampek Mbok Tutup, Awak-awak Dewe Iki Ngemper Neng Embong-Embong (di jalan-jalan), Nggeblak Dewe Ning Taman Kota”. (anto)

Related posts

Jusuf Kalla Dorong Masjid Bikin Kotak Amal Elektronik

redaksi

Presiden SBY Tinjau Pelaksanaan JKN di Surabaya

kornus

Surabaya Terpilih Jadi Tuan Rumah Konferensi Tingkat Tinggi Pemerintahan Startup di 2018

kornus