KORAN NUSANTARA
ekbis Headline indeks

Enam Negara Minati Produk Hortikultura Indonesia

HotikulturaJakarta (KN) – Potensi hortikultura Indonesia semakin menarik minat masyarakat dunia. Dari data Kementerian Pertanian, beberapa komoditas seperti buah markisa, terong, cabai merah, dan kacang hijau pada semester kedua ini semakin diminati enam negara, yakni Singapura, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Tiongkok, dan Unit Emirat Arab.“Komoditas hortikultura kita makin diminati pasar internasional. Produk kita lagi naik daun, sebab produktivitas saat ini juga naik. Demi meningkatkan kualitas hortikultura di pasar dunia, Kami fokus pada pengelolaan hortikultura,” kata Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi

Kementrian Pertanian, Jamil Musanif, Senin (14/7/2014).
Menurut dia, dari enam negara tujuan ekspor, Jepang menjadi negara paling gemar impor hortikultura dari Indonesia. “Jepang paling banyak mengimpor terong, kacang hijau juga produk jamu herbal,” kata Jamil.

Di sisi lain, produk jamu herbal seperti kunyit asam, jahe, temulawak, kumis kucing dan tanaman purwaceng juga merambah pasar ekspor di AS, Tiongkok, dan Jepang. Tingginya konsumsi masyarakat akan produk herbal membuat produk jamu herbal semakin digemari masyarakat dunia.
“Sayang, di tanah air produksi jamu herbal masih belum mendapat tempat di dunia kesehatan. Kondisi ini terjadi karena belum adanya sinkronisasi antara industri dengan petani. Kalaupun ada jumlahnya masih sedikit dan dikuasai industri-industri besar,” ungkapnya.

Guna mengoptimalkan hasil produksi hortikultura, kini juga terdapat beberapa sentra produksi sayur dan buah di beberapa daerah Indonesia, seperti Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Selain mengekspor, Indonesia juga mengimpor produk hortikultura. Dari informasi Dewan Hortikultura Indonesia, impor tahun ini diperkirakan mengalami peningkatan sekitar 15 persen. Untuk nilai impor sayuran dan buah Indonesia akan mencapai 2 miliar dolar AS atau setara Rp 23,8 triliun. Jumlah itu naik dari 2013 yang sebesar 1,7 miliar dolar AS atau Rp 20,2 triliun.

Ketua Dewan Hortikultura Indonesia, Benny Kusbini mengatakan, berbagai kondisi di Indonesia membuat negara ini sulit melepaskan ketergantungan terhadap produk impor. Selain produksi yang minim, adanya anomali iklim juga berikan pengaruh.

Selain itu, lanjut dia, sistem pertanian di Indonesia masih sangat kurang, lanjut dia, juga menjadi pemicu rendahnay produksi. Kondisi ini terjadi karena Indonesia tidak memiliki teknologi pertanian yang baik. Kemudian pendukung pertanian seperti pasokan pupuk, infrastruktur tak mampu menopang atau memberikan kekuatan bagi petani menyediakan pangan yang cukup.

Padahal, banyak negara lain yang juga mengalami banjir seperti Indonesia. Namun, karena sistem pertanian mereka baik sehingga tidak perlu mengkhawatirkan tentang pasokan pangan seperti sayur dan buah dan lainnya. Bahkan, mereka mampu membuat sistem pertanian tidak terimbas terlalu besar dari bencana banjir.

Ia pun meminta pemerintah secara serius membenahi sistem pertanian dengan segera. Apalagi bisa dilihat jika nilai impor pangan nasional tak kunjung turun, justru terlihat terus bertambah tiap tahun. (red)

Related posts

Bakamla RI Gelar Bimtek Pengelolaan SAKTI dan E-Bupot

kornus

Cegah Tindak Pidana Korupsi, KPK Minta DPRD Jatim Awasi Esekutif Dalam Mengelola APBD

kornus

Pasis Sesko TNI Miliki Kemampuan Analisis Ancaman Berdasarkan Perkembangan Linkungan Strategis

kornus