Surabaya (KN) – Konsep pemecahan masalah kemacetan di Surabaya dengan transportasi massal yakni trem dan monorel, masih dianggap belum sempurna. Sebab, ada satu konsep yaitu trem yang masih harus menggusur pemukiman warga. Keinginan pribadi salah satu anggota dewan, Agus Santoso, yakni adalah monorel untuk seluruh koridor ruas jalan di Surabaya. “Kalau monorel, lebih baik monorel semua. Jangan ada trem, apa bedanya dengan tol tengah kota yang harus menggusur rumah warga di kiri-kanan jalan,” ujar anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Surabaya ini. Yang dimaksud Agus Santoso mungkin hanya kepentinganya saja, karena menolak tol tengah kota tapi rencanakan bangun monorel dan trem.
Menurut dia, dalam pemaparan Walikota Surabaya Tri Rismaharini terkait konsep transportasi massal itu, salah satunya adalah memakai trem. Trem ini direncanakan di bangun di koridor utara-selatan. Bagi Agus hal itu sungguh tak mungkin, karena jalur utara-selatan itu sempit.
“Jika dipaksakan trem di koridor utara-selatan, maka akan ada pelebaran bahu jalan. Itu akan memakan pemukiman warga yang ada di pinggir jalan. Pasti ada penggusuran dan perombakan jalur besar-besaran,” tandas Agus Santoso, kemarin.
Terkait bus way yang rencananya akan mendapat bantuan dari APBN, juga ditolak Walikota. Wali kota lebih memikirkan trem. Alasannya, kalau pakai bus way, tak cocok sebab Surabaya banyak terdapat persimpangan jalan sehingga hal itu bisa mengakibatkan macet atau kecelakaan lalu lintas.
“Tapi kan sama saja dengan trem yang akan melewati banyak persimpangan jalan. Tapi karena itu masih bentuk pemaparan dan bukan finalisasi, kita terima. Kalau ada masukan dari dewan, Pemkot pun harus terima,” ujarnya.
Sementara untuk monorel, dianggap yang paling baik. Nantinya bisa diatur dimana saja jalur turunnya monorel tersebut. Jalur monorel itu kan nantinya ada di atas, sehingga hanya perlu lahan untuk membangun tiang-tiangnya saja.
“Kami harapkan, Walikota dalam memberikan pemecahan masalah transportasi massal ini supaya lebih baik, efektif dan bagus. Ini kan menyangkut masalah transportasi jangka panjang. Nantinya juga akan ada kajian teknis tentang dua konsep tersebut. Misalnya dalam kajian teknis itu ada masalah yang signifikan, maka Pemkot dan DPRD harus bisa mencari solusi yang terbaik. Kalau dalam kajian itu ada benturan, tentu ada solusinya. Jangan sampai benturan yang ada bisa mematikan konsep, itu bisa merugikan masyarakat,” tegas anggota Komisi C yang juga Ketua Bada kehormatan DPRD Surabaya ini. (anto/jack).
Sebelumnya, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, memaparkan konsep sistem transportasi massal yang akan dibangun Pemkot Surabaya ke depan. Pemaparan dilakukan secara tertutup di hadapan anggota DPRD Surabaya dan para Kepala SKPD Pemkot Surabaya.
Menurut Walikota, ada dua model transportasi massal yang sedang digodok oleh Badan Perencana Kota (Bapeko) Kota Surabaya. Masing masing angkutan massal berbasis kereta, yakni monorel dan tram. Dalam pertemuan tertutup itu, dua model angkutan massal ini dianggap cocok dengan kondisi dan kebutuhan transportasi di Surabaya saat ini
Untuk tahap I rencananya akan dibangun dulu lintasan monorel sejauh 24,47 Km melalui Stasiun Sentra Bulak Kenjeran , Pasar Keputran, Terminal Joyoboyo dan Pakuwon Trade Center (PTC). Untuk mendukung pengoperasian monorel ini akan dibangun 16 halte khusus dengan jarak antara halte sejauh 500 M.
Angkutan massal monorel ini dipastikan sangat ekonomis waktu dengan kemampuan mengangkut penumpang sebanyak 184 – 254 orang untuk sekali pemberangkatan. Sedangkan kecepatan maksimum angkutan ini dirancang 35 Km perjam. Moda monorel ini nantinya akan dibangun secara elevated double track dengan pilar-pilar penyangga di atas median jalan atau bahu jalan.
Sementara untuk koridor Selatan – Utara, Pemkot Surabaya lebih memilih menggunakan moda tram. Rencananya tahap I akan dibangun mulai Terminal Joyoboyo hingga Tugu Pahlawan sepanjang 9,38 Km dan dilanjutkan Tahap II ruas Tugu Pahlawan – Tanjung Perak sejauh 12,16 Km. Namun ruas ini akan dikerjakan dengan catatan penggunaan jalan Perak Barat dan Perak Timur diizinkan oleh Pusat mengingat kelas jalan ini adalah nasional.
Trem ini akan dilengkapi dengan 4 stasiun masing masing Joyoboyo, JMP, Pasar Tunjungan dan Gapura Surya. Selain itu di sepanjang rute yang dilalui akan dilengkapi dengan 10 halte. Mengadopsi teknologi dari Jerman dan Malaysia, angkutan trem ini bisa mengangkut 220 -225 orang penumpang sekali jalan. (anto/Jack)
Foto : Agus Santoso