Surabaya (MediaKoranNusantara.com) – Sampah menjadi salah satu sumber masalah dan bencana yang seringkali terjadi baik di kota besar maupun menengah. Berangkat dari rasa prihatin terhadap pengelolaan sampah, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Heriot Watt University, Edinburgh, Skotlandia dan Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri mencoba tawarkan solusi untuk pengelolaan sampah dengan baik.
Wacana solusi tersebut dibahas dalam Launch Event of Building a Local Sustainable Supply Chain Network for Recyclable Materials for Medium-Sized Cities in SE Asia (Indonesia) yang digelar di Gedung Rektorat ITS, Senin (30/5) sore. Menghadirkan langsung Prof Thomas Wagner sebagai pemimpin proyek Building a Local Sustainable Supply Chain Network for Recyclable Materials for Medium-Sized Cities in SE Asia.
Mewakili Rektor ITS, Fadlilatul Taufany ST PhD selaku Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS menjelaskan, ITS dari tahun ke tahun telah aktif berinovasi dalam mengembangkan teknologi cerdas, salah satunya di bidang robotika. “Pada tahun 2022, ITS mulai bergerak mengembangkan bidang industri cerdas,” sebut dosen yang akrab disapa Taufany ini.
Ia melanjutkan, ITS sangat berharap untuk bisa melangkah lebih jauh dengan target mengembangkan bidang lingkungan cerdas di tahun 2023 mendatang. Untuk mencapai hal tersebut, menurutnya, diperlukan banyak kolaborasi dari berbagai pihak terutama pemerintah untuk membantu menyelesaikan permasalahan industri dan lingkungan, salah satunya mengenai pengelolaan sampah padat. “Diharapkan lebih banyak pihak berkolaborasi dalam industri bisnis daur ulang sampah,” sambung dosen Departemen Teknik Kimia ini.
Sejalan dengan hal tersebut, Prof Thomas Wagner menjelaskan bahwa mayoritas sampah padat tidak didaur ulang. Padahal, pengelolaan sampah padat sangat penting untuk kota ukuran menengah dengan ratusan ribu penduduk. “Oleh karenanya, dibutuhkan segera tindakan dan solusi inovatif untuk menyelesaikan permasalahan pengelolaan sampah tersebut,” tuturnya mengingatkan.
Lebih lanjut, Thomas memaparkan inovasi bank sampah sebagai salah satu solusi alternatif pengelolaan sampah padat di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan daur ulang sampah secara nasional. Bank sampah ini terhubung dengan sistem aplikasi untuk meningkatkan efisiensi proses daur ulang. Selain itu, bank sampah yang dikembangkan juga dilengkapi dengan pengetahuan tentang lingkungan yang akan membangun pola pikir baru dalam masyarakat.
Guna menyelaraskan pergerakan secara masif, pemerintah akan ikut dalam kolaborasi yang dibangun sehingga proses pengelolaan sampah yang dilakukan berlangsung lebih cepat dan efisien. Untuk mempermudah pengaplikasian inovasi ini, Thomas membagi tim kolaborasi ke dalam dua peran. “Peran sebagai lem untuk menghubungkan orang menggunakan aplikasi ilmiah, dan peran megafon untuk mengomunikasikan proyek kepada masyarakat,” sebutnya.
Praktik dari inovasi ini dimulai dari Kota Kediri sebagai kota riset berskala kecil dalam pengelolaan sampah. Sebagai kota makmur yang menjadi laboratorium hidup dalam inovasi bank sampah ini, Kepala Dinas Perhubungan Pemkot Kediri Ferry Djatmiko mengungkapkan apresiasinya kepada tim ITS – Heriot Watt University.
Ferry menyebutkan bahwa Kota Kediri telah menargetkan pengurangan sampah sebanyak 30 persen di tahun 2025 mendatang. “Padahal, berdasarkan laporan kebijakan dan strategi daerah Kota Kediri tahun 2020 masih tercatat pengurangan sampah di angka 20 persen,” ungkapnya lebih lanjut.
Dengan sulitnya tugas mengelola sampah, Ferry berpendapat dibutuhkan program pengelolaan sampah yang terpadu dari hulu hingga hilir agar program pengurangan sampah yang dilakukan dapat sesuai target. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah melalui inovasi bank sampah yang merupakan hasil kolaborasi ITS dengan Heriot Watt University. “Saya berharap sampah menjadi sesuatu yang memiliki nilai guna dan nilai jual,” pungkasnya. (jack)