Surabaya (MediaKoranNusantara.com) – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menghadiri secara langsung audiensi dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) Survey Team di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (24/5/2022).
Berdiskusi dengan 10 orang yang diketuai oleh Team Leader/Urban Transport System Yoshiya Nagakawa dan Deputy Team Leader/Urban Railway/Alignment Katsuya Kusunoki, Emil memulai perencanaan kereta cepat yang dirancang untuk wilayah Kota Surabaya.
Menurut Emil, Surabaya sudah saatnya memiliki jaringan kereta cepat. Hanya saja, pengerjaannya yang memakan waktu cukup lama menyebabkan diskusi dan perencanaan harus dilakukan mulai sekarang tanpa penundaan.
“Ini ada tim yang menjadi konsultan yang dibiayai oleh JICA dan mereka memaparkan rencana hasil analisa mengenai pengembangan jaringan kereta api. Ternyata, betul hipotesa kita bahwa justru Surabaya sudah wayahe memiliki jaringan kereta Timur-Barat,” ujarnya.
“Tadi kita bahas memang kalau mau bikin kaya MRT dari awal sampai jadi itu memakan waktu 10 tahun. Jadi nggak bisa tiba-tiba langsung jadi gitu karena memang harus berkesinambungan. Inilah sebabnya kita merencanakan dengan seksama, melibatkan partisipasi publik dan pakar sebaik mungkin supaya apa yang kita desain ini akan berkenan di hati masyarakat Surabaya,” tambahnya.
Meski begitu, Emil tidak menampik bahwa ada beberapa tantangan yang harus dipikirkan solusinya selain lama waktu pengerjaan. Salah satunya adalah tantangan biaya dan jumlah penumpang jika rancangan kereta memang dibuat jalur Timur-Barat saja.
“Maka ada usulan untuk menggabung Timur-Barat dan Barat-Timur. Tapi nanti nggak nyampe ke timur persis, jadinya agak ke utara. Selain itu, kita juga berdiskusi daerah mana yang kalau terhalang flyover tuh jadi jelek. Nah untuk itu kita diskusikan, tapi tentu yang paling paham adalah Cak Eri sebagai Walikota Surabaya,” jelasnya.
Namun terlepas dari tantangan yang ada, Emil bertekad agar ada percepatan perencanaan dan pembangunan jaringan kereta cepat, dimana harus sudah mulai dilakukan sedini mungkin.
“Kita harus punya cita-cita besar. Karena ya memakan waktu 10 tahun dari awal sampai jadi itulah, maka kita harus mulai merencanakan. Jangan sampai diundur perencanaannya karena berfikir kalau pas jadi itu bukan zaman saya. Kapan jadinya dong? Jadi harus direncanakan dari sekarang karena ini kan bukan main-main, bukan hal yang mau dikebut bisa selesai sebab ini kereta cepat,” tandasnya.
Lebih jauh, mantan Bupati Trenggalek itu menerangkan bahwa proyek pembangunan kereta cepat ini tidak hanya akan berdampak pada warga Surabaya saja, tetapi juga warga di perbatasan.
Dengan begitu, mobilisasi antar kabupaten/kota di sekitar akan lebih mudah. Sehingga, kegiatan warga di berbagai sektor juga lebih dapat terfasilitasi.
“Contohnya area barat itu sebenarnya melayani wilayah Menganti, maka kereta cepat ini akan menjadi kepentingan warga-warga di Menganti yang berbatasan sama Gresik Barat. Sebaliknya, jalur selatan ini walaupun project-nya adalah east-west tapi sudah terkoneksi dengan orang-orang Sidoarjo yang kemudian ingin lebih mudah menjangkau titik-titik di Surabaya,” paparnya.
Tak hanya kereta cepat, diskusi juga merambah pada berbagai macam aspek yang dapat mendukung perkembangan teknologi transportasi ini. Termasuk pembicaraan terkait studi tentang mobilitas perkotaan Surabaya yang menjadi salah satu rencana jangka pendek pemerintah.
“Nanti akan ada sebuah studi mengenai urban mobility atau mobilitas perkotaan Surabaya yang akan melihat bukan hanya satu atau dua tapi keseluruhan aspek. Mulai dari bus, ojek online, sampai kendaraan pribadinya itu semua akan dilihat jadi satu keterpaduan. Mudah-mudahan bisa berkesinambungan dengan rencana jangka pendek kita ini,” tuturnya.
Emil mengapresiasi tim survey yang dirasanya sangat cakap dan merupakan ahli di bidangnya. Terlebih, Jepang sudah lebih dulu memiliki sistem jaringan kereta cepat unggul yang dapat dicontoh Jawa Timur.
“Kita bersyukur bahwa sudah ada kajian yang dilakukan oleh konsultan yang kompeten. Saya lulusan Jepang, jadi saya tahu mereka yang diutus ini jago-jago untuk melakukan kajian ini,” imbuhnya.
“Karena itu, kemudian kita minta ada pembahasan berkesinambungan dengan rencana yang sudah kita miliki untuk meningkatkan kapasitas kereta yang sudah ada sekarang melalui kerjasama dengan pemerintah negara lain yang sudah menjalankan itu juga,” ucap Emil. (KN04)