Jakarta, mediakorannusantara.com – Pengembang game asal Indonesia Antarupa Studios mencatat bahwa setengah penduduk Indonesia bermain game.

“Sebanyak 90 persen populasi di Asia Tenggara adalah pemain e-sports dan 145 juta pemain berasal dari Indonesia. Angka ini membuktikan setengah penduduk Indonesia bermain game,” kata siaran pers Antarupa Studios Senin.6/6

Hal itu menunjukkan bahwa geliat industri digital, khususnya game dan e-sports tengah bangkit meski di tengah dampak buruk pandemi COVID-19 terhadap ekonomi seperti saat ini.

Antarupa Studios optimistis Indonesia memiliki potensi yang besar untuk bisa semakin mengembangkan pertumbuhan ekonomi lewat industri game dan e-sports.
Di sinilah Anantarupa Studios ikut serta berkontribusi melalui game Lokapala.

“Kami mau memberikan dampak yang positif melalui pendekatan ekonomi kreatif atau diplomasi budaya, yang bisa menggandeng sektor industri lainnya melalui kolaborasi,” kata Ivan Chen.

“Melalui Lokapala, Anantarupa Studios memperkenalkan nilai-nilai kepemimpinan Nusantara kepada dunia, yang sudah ada sejak 1.200 tahun yang lalu, ketika Nusantara berada di puncak kejayaan yang cukup berpengaruh pada masanya,” kata Ivan Chen selaku CEO Anantarupa Studios.

Game garapan Anantarupa Studios adalah game MOBA pertama se-Asia Tenggara buatan Indonesia, yang terinspirasi dari kisah dan tokoh sejarah maupun mitologi dan kebudayaan Nusantara.

Hadirnya Lokapala (loka = dunia, pala = pelindung) terinspirasi dari relief yang terpahat pada Balustrade Candi Borobudur. Relief ini menggambarkan tentang para pelindung dunia dari masing-masing asalnya dan diletakkan pada arah mata angin tertentu.

Konsep relief ini juga tergambarkan pada Candi Prambanan, dan dikenal sebagai Astadikpala atau delapan pelindung atau pelindung arah mata angin.

Sekitar tahun 870 M, sebuah kitab/kakawin dituliskan dan di dalamnya termuat serat Rama yang berisikan sebuah wejangan untuk memimpin sebuah kerajaan. Wejangan ini memuat konsep Astabratha (Sansekerta, asta = delapan, bratha = sifat/perilaku), yang membahas perilaku-perilaku 8 pelindung di tiap arah mata anginnya. Astabratha kemudian menjadi junjungan para pemimpin di masa-masa itu agar dapat bertindak baik dan benar dalam kedudukan dan tanggungjawabnya.

Ivan menjelaskan optimismenya akan potensi Indonesia menjadi pemimpin dunia berdasarkan pada catatan perjalanan Indonesia dalam kancah organisasi dunia.

November 2020, Indonesia dipercaya memimpin Perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Perjanjian RCEP merupakan kesepakatan regional trading block terbesar di dunia, yang meliputi 30 persen dari PDB dunia, 27 persen dari perdagangan dunia, 29 persen dari investasi asing langsung dunia dan 29 persen dari populasi dunia.

November 2021, Indonesia membuktikan diri mampu menjadi pionir di Forum Negara Pulau dan Kepulauan atau Archipelago and Island State Forum (AIS). AIS Forum dirancang sebagai forum terbuka, inklusif, yang akan menjadi simpul kerja sama dan kolaborasi konkret berbagai negara-negara pulau dan kepulauan di seluruh dunia.

Tahun 2022, Indonesia menjadi pemimpin yang menggelar KTT Group of Twenty (G20). G20 adalah forum multilateral strategis yang menghubungkan negara-negara maju dan berkembang di dunia. Di kesempatan istimewa ini, Indonesia merupakan negara berkembang pertama yang menjadi presiden KTT G20, sepanjang sejarah 16 tahun pegelaran forum internasional ini. Alasannya, dalam 20 tahun terakhir hingga sebelum pandemi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global.

Di 2023, Indonesia kembali menjadi Ketua ASEAN. Pada Keketuaan yang ke-4 ini, akan menjadi tantangan tersendiri di tengah masih berlangsungnya pandemi Covid-19. Di mana transformasi ekonomi digital, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan industri digital yang sangat pesat.

“Nantinya Indonesia tidak hanya berdaulat dan kuat di atas kakinya sendiri, tetapi juga bisa merangkul negara lainnya untuk tumbuh dan maju bersama.”pungkasnya. (wan/an)