KORAN NUSANTARA
ekbis indeks Jatim

Produksi Kedelai Jatim 2012 Diperkirakan Sulit lampaui Realisasi 2011

Surabaya (KN) – Produksi kedelai di Jawa Timur pada tahun 2012 ini diperkirakan akan sulit melampaui realisasi 2011. Harga yang belum menarik masih menjadi penyebab utama keengganan petani menanam kedelai sehingga luas areal panen kedelai masih terus berkurang.Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur, Eko Wibawa Putra mengatakan, realisasi produksi kedelai di Jatim pada 2011 mencapai 366.000 ton. Sedangkan hingga Angka Ramalan II tahun 2012, produksi kedelai di Jatim diperkirakan mencapai 316.000 ton.

“Artinya kita masih kurang 50.000 ton untuk menyamai realisasi 2011,” ujarnya di Surabaya, Senin (05/11). Eko mengaku optimis bisa menyamai produksi 2011 karena masih ada panen raya di Bulan September hingga Oktober lalu.

Kalaupun produksi kedelai tahun ini bisa menyamai tahun lalu, namun tetap saja belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi kedelai di Jatim. “Konsumsi kedelai di Jatim sekitar 460.000 ton per tahun. Memang masih berat untuk memenuhi seluruh konsumsi kedelai kita,” ujarnya.

Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur, Achmad Nurfalakhi menambahkan, pada 2011 luas arel panen kedelai di Jatim mencapai 263.782 hektar. Sedangkan di 2012 mengalami penurunan sebesar 36.890 hektar menjadi hanya 226.892 hektar.

“Harga kedelai menjadi menarik baru-baru ini saja. Kalau dulu sekitar Rp5.000 per kg sekarang meningkat menjadi Rp7.000-Rp7.500 per kg. Walaupun saat panen raya sedikit menurun menjadi Rp6.300,” tutur Nurfalakhi.

Dengan harga kedelai di tingkat petani sebesar Rp5.000 per kg dan produktivitas 1,5 ton per hektar, petani hanya mendapat keuntungan sebesar Rp2,5 juta per hektar. Berbeda jauh dibandingkan dengan menanam padi yang dengan harga Rp4.300 per kg dan produktivitas mencapai 6 ton Gabah Kering Giling (GKG) per ha, sudah bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp15,8 juta per hektar. (ms)

“Karena itu jika harga kedelai bisa naik sampai Rp7.500 maka hasil yang diterima petani bisa naik sampai Rp12,5 juta,” ujarnya. Jika dikurangi dengan biaya produksi sebesar Rp5 juta per ha, berarti petani masih mendapatkan untung sebesar Rp7,5 juta.

Dengan kondisi yang ada sekarang, Nurfalakhi menegaskan memang sudah waktunya impor kedelai ditekan dengan dibarengi tetap menggenjot produksi kedelai di dalam negeri. Harga Pokok Produksi (HPP) kedelai juga perlu segera ditetapkan dengan mengubah fungsi Bulog. (bud)

Related posts

Amankan Malam Paskah Surabaya

kornus

Kenang Pelawak Cak Eko Londo, Wali Kota Eri Persembahkan Pertunjukan Seni di Taman Surya

kornus

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo Tinjau Perumahan Prajurit TNI di Medan

kornus