Surabaya (mediakorannusantara.com) – Politisi Senior Partai Golkar, Freddy Poernomo mengusulkan agar Ketua DPD Golkar Jawa Timur, M Sarmuji dapat dipertimbangkan untuk menjadi menteri kabinet Prabowo-Gibran.
Usulan itu didasari atas prestasi Sarmuji dalam memimpin Golkar Jatim sehingga mampu mendongkrak perolehan kursi legislatif dalan Pemilu 2024
“Caleg (calon legislatif) khusus dari Partai Golkar (M Sarmuji), telah mengukir sejarah dengan mengembalikan suara Golkar pada (Pemilu) tahun 2024,” kata Freddy Poernomo ditemui di DPRD Jawa Timur, Selasa (19/3/2024).
Anggota Komisi A DPRD Jawa Timur itu menjelaskan bahwa dalam Pemilu 2024, jumlah perolehan kursi Golkar DPRD Jatim meningkat dari 13 menjadi 15. Sementara di DPR RI, dari kursi yang diperoleh naik menjadi 13 dari sebelumnya 11.
“Jadi saya sangat apresiasi. Ini salah satu bentuk prestasi Sarmuji sebagai pemimpin Golkar di Jawa Timur,” ujar dia.
Karena itu, Freddy menilai bahwa sudah sepantasnya jika Sarmuji menerima apresiasi khusus atas prestasinya sebagai pemimpin Golkar di Jawa Timur. “Prestasi ini tentunya harus diapresiasi dengan penghargaan yang setimpal,” tuturnya.
Mengenai posisi Sarmuji sebagai Ketua DPD Golkar Jawa Timur, Freddy mengingatkan bahwa Zainudin Amali, Pengurus DPP Partai Golkar, pernah menjanjikan posisi tersebut kepada Sarmuji.
“Sekarang, dengan Sarmuji sebagai Ketua, saya usulkan agar beliau juga dipertimbangkan untuk posisi menteri dalam kabinet Prabowo-Gibran. Ini akan memberikan representasi yang kuat untuk Jawa Timur, khususnya dari Golkar,” jelasnya.
Sementara ketika ditanya tentang kemampuan M Sarmuji apabila didapuk menjadi menteri, Freddy memastikan jika sangat mumpuni. “Sangat mumpuni Pak Sarmuji,” tegas dia.
Freddy mengakui sebelumnya memang seringkali menyampaikan kritik kepada Sarmuji. Namun, kritik yang ia lontarkan bukanlah bentuk kebencian, melainkan dorongan bagi generasi muda untuk bekerja keras.
“Sebagai senior, saya memberikan spirit kepada yang muda. Kita semua tahu bahwa regenerasi adalah bagian penting dari proses politik,” ucapnya.
“Kayak saya sendiri dulu saya di Golkar masih usia 20 tahun, sekarang saya sudah usia kepala enam, ya tahu dirilah. Karena di Golkar itu kan ada masa transisi,” tandasnya. (KN01)