Kisruh politik di DPRD Surabaya bagaikan pertunjukan sandiwara dipanggung Srimulat. Setelah konflik kader Partai Demokrat yang duduk di DPRD Surabayaberjalan sengit yang berujung pelengseran dua anggota Fraksi partai Demokrat, yakni Wishnu Wardhana dan Agus santoso melalui rapat paripurna DPRD, Senin (6/5/2013).Warga Surabaya kini kembali disuguhi adegan yang menggelikan perilaku para wakil rakyat di Jl Yos Sudarso. Bagaimana tidak menggelikan, ada empat anggota DPRD Surabaya yang sudah menjadi caleg 2014 melalui partai lain, yang semestinya hak mereka di dewan baik itu uang gaji, tunjangan maupun jatah kunjungan kerja dibekukan. Namun keempat anggota dewan tersebut masih tetap ngotot mengikuti kegiatan kunjungan kerja dan minta uang gajinya dicairkan.
Padahal, sesuai hukum, hak itu sudah tak ada lantaran mereka sudah menjadi caleg dari partai lain dan melampirkan surat pernyataan telah mengundurkan diri dari partai asalnya yang mengantarkan mereka duduk di kursi dewan. Seperti diketahui, keempat anggota DPRD Surabaya itu tiga anggota dewan asal PDS yang kembali maju caleg 2014 melalui Partai Gerindra dan Partai Hanura, sedangkan satu anggota dewan asal PKNU yang kini nyaleg lewat PKB.
Selain itu juga adegan lain paska pelengseran ketua DPRD Wishnu Wardhana (WW), kini muncul gerakan menghadang pengganti WW. Partai Demokrat yang sudah mengusulkan pengganti WW adalah Mochammad Machmud, dan sudah diperkuat dengan rekomendari Partai Demokrat, kini muncul gerakan lintas fraksi di DPRD Surabaya yang menginginkan Partai Demokrat memunculkan nama lain selain machmud.
Kabarnya Machmud masih dianggap belum layak dan tak memiliki pengalaman untuk memimpin wakil rakyat. Sementara kendali DPRD Surabaya masih dalam kendali posisi Wisnu Sakti Buana selaku Plt Ketua DPRD Surabaya yang kini masih memiliki kuasa dalam rapat Banmus dan paripurna istimewa.
Para wakil rakyat selayaknya dapat dijadikan panutan dan teladan bagi masyarakat atau rakyatnya yang diwakilinya, tetapi para wakil rakyat di DPRD Surabaya seakan menggelar pertunjukan sandiwara seperti lawakan dipanggung srimulat.
Jangan-jangan semua ini ada udang dibalik batu yang kurang pantas kalu terus menerus hal seperti ini disuguhkan kepada rakyat. Sebab, perselisihan, main mata, lobi-lobi yang terus dipertontonkan akan menimbulkan dugaan bahwa semuaanya itu hanya sandiwara di dunia perpolitikan, mereka saling tarik ulur antara berbagai partai politik untuk menjalankan rencana strategis guna keuntungan kelompok dan pribadi masing-masing pihak.
Jika dugaan itu benar, rakyat hanya bisa tertawa melihat sandiwara atau lawakan para wakilnya. ***
Oleh : S. Wanto, Pemimpin Redaksi Koran Nusantara