Surabaya (KN) – Menurut proyeksi Bank Indonesia, ekonomi Jatim masih relatif stabil dengan inflasi terjaga. Pertumbuhan ekonomi Jatim di 2014 diperkirakan berkisar 6,4 – 6,8 persen. Sedangkan inflasi akan berada di kisaran 4,5 hingga 1 persen dan pertumbuhan kredit sebesar 18-20 persen. Yang perlu dilakukan saat ini yaitu menurunkan defisit transaksi berjalan ke level yang lebih sehat. “Selain itu juga mengendalikan laju inflasi,” ujar Deputi
Direktur Kepala Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah IV-Jatim, Junanto Herdiawan di Surabaya, Jumat (2/5/2014).
Pembentuk ekonomi Jatim dari sisi permintaan, masih ditopang faktor konsumsi. “Share nya tetap tinggi, stabil pada level 74 persen,” katanya.
Dari sisi permintaan, investasi juga tumbuh dari 5,39 persen menjadi 6,67 persen yang didorong oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Iwan mengatakan, kinerja perdagangan Jatim hingga akhir tahun memang mengalami perlambatan akibat masih belum pulihnya ekspor. Hal ini mendorong semakin lebarnya defisit neraca perdagangan baik luar negeri maupun dalam negeri.
Sementara itu, dampak kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) industri diperkirakan juga tidak berpengaruh signifikan menekan inflasi Jatim hanya 0,08 persen sampai 0,14 persen. Kondisi ini tercermin dari klasifikasi Industri Menengah khususnya pada Perusahaan Terbuka berkapasitas lebih dari 200 kVA dan Industri Besar berkapasitas lebih dari 30.000 kVA yang hanya mencapai sekitar 14,33 persen dari total penggunaan tenaga listrik di Jatim.
Kepala BI Wilayah IV Jatim Dwi Pranoto mengatakan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jatim menghimbau para pelaku usaha agar mengantisipasi peningkatan permintaan dengan menyediakan pasokan yang cukup. Apabila kondisi ini dapat dicapai, TPID Jatim berkeyakinan target inflasi sekitar 5 persen pada tahun 2014 ini dapat dicapai. (ovi)