Rektor IPDN, Prof Hadi Prabowo (kiri) dan Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono (kanan) pada saat melakukan penandatanganan kerja sama dan nota kesepahaman dengan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (14/1/2025).
Surabaya (mediakorannusantara.com) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur, menegaskan komitmennya dalam memperkuat pendidikan berbasis kedisiplinan dan cinta tanah air.
Hal ini disampaikan Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, usai melakukan penandatanganan kerja sama dan nota kesepahaman dengan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (14/1/2025) siang.
“Kita sudah memiliki keunggulan dari lima SMA Taruna yang ada. Memang sudah terbukti kualitas, proses pembelajaran, dan yang paling utama adalah menciptakan karakter yang betul-betul disiplin serta cinta tanah air,” ujar Adhy Karyono.
Menurutnya, sekolah berkonsep taruna diminati oleh banyak siswa. Sejauh ini, sekolah berbasis taruna telah mencakup matra dari baik dari TNI maupun Kepolisian. Namun, belum ada sekolah yang berfokus pada matra pemerintahan, yang menjadi ranah IPDN.
“Oleh karena itu, usulan dari Bojonegoro ini menjadi inisiatif yang kita sambut dengan baik. Memang betul satu matra ini butuh, karena di pemerintahan, ahlinya pelayanan publik ada dari IPDN,” jelas dia.
Adhy Karyono menambahkan, dengan adanya penandatanganan MoU ini, IPDN menyetujui untuk melakukan pembinaan terhadap proses pembelajaran dan pelatihan di SMA Taruna Pamong Praja Bojonegoro. Sekolah ini sebentar lagi akan memasuki masa pendaftaran.
“Alhamdulillah, pengalaman yang ada akan digabungkan dengan IPDN yang biasa mengelola pembelajaran. Sehingga kita bisa memastikan SMA ini dapat berjalan dengan baik,” katanya.
Pj Gubernur Adhy Karyono menyebutkan bahwa pembentukan SMA Taruna Pamong Praja ini merupakan kontribusi dan inisiasi dari Bupati Bojonegoro. Namun, transformasi dari SMA Negeri 2 Bojonegoro menjadi SMA Taruna, tentunya membutuhkan penyesuaian, termasuk para aspek pembiayaan untuk kebutuhan makan, asrama, dan fasilitas lainnya. Semua biaya tersebut akan ditanggung melalui dukungan APBD Bojonegoro.
“Mudah-mudahan ini menjadi berita baik bagi seluruh masyarakat, bukan hanya di Jawa Timur tetapi juga di seluruh Indonesia. Ini adalah sekolah pionir untuk matra Pamong Praja yang didirikan di Bojonegoro, Jawa Timur,” tambahnya.
Ketika ditanya terkait peluang besar lulusan SMA Taruna masuk ke IPDN, Adhy Karyono menegaskan bahwa tidak ada jaminan otomatis bagi lulusan untuk diterima di perguruan tinggi kedinasan tersebut.
“Kami tidak menciptakan sistem agar mereka pasti masuk. Seleksi harus tetap objektif, akuntabel, dan adil. Target kita bukan hanya IPDN, tetapi juga berbagai universitas negeri dan kedinasan lain,” tegasnya.
Menurutnya, standar kompetensi tetap akan ditetapkan oleh IPDN. Namun, semakin banyak lulusan SMA Taruna yang tersebar di berbagai universitas, maka semakin besar pula kontribusi sekolah ini dalam mencetak sumber daya manusia unggul.
Di tempat yang sama, Rektor IPDN, Prof Hadi Prabowo, menjelaskan mengenai kurikulum yang akan di SMA Taruna Pamong Praja. Dimana sistem pembelajarannya akan berbeda dari sekolah umum karena mengadopsi konsep boarding school.
“Kurikulumnya seiring dengan sistem boarding school, dimana pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan terintegrasi. Ini yang membedakan dengan sekolah umum,” kata Prof Hadi Prabowo.
Selain itu, ia menuturkan, jika sekolah umum hanya menerapkan pengajaran dan pelatihan tanpa pengasuhan, SMA Taruna Pamong Praja akan memberikan pembinaan secara holistik, termasuk pembentukan karakter, fisik, dan keterampilan.
“Tidak ada jaminan lulusan SMA Taruna Pamong Praja otomatis diterima di IPDN. Namun, mereka sudah memiliki latar belakang yang dipersiapkan dengan baik, seperti halnya taruna yang diterima di Akmil atau Akpol,” jelasnya.
Meski tidak menjadikan lulusan SMA Taruna Pamong Praja sebagai prioritas masuk IPDN, Prof Hadi memastikan mereka akan memiliki keunggulan dibandingkan calon yang lain. “Dia (lulusan SMA Taruna) akan lebih di depan dari pada yang tidak mendapat pelatihan dan persiapan dari sekolahnya,” pungkas dia. (KN01)