Surabaya (MediaKoranNusantara.com) – Pemerintah kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya, terus memperhatikan dan memfasilitasi kebutuhan anak-anak yang mengalami permasalahan kesejahteraan sosial. Melalui acara tatap muka secara langsung bersama Walikota Surabaya Tri Rismaharini, diharapkan bisa menyelesaikan problematika anak putus sekolah di Surabaya.Dihadapan puluhan anak putus sekolah, Walikota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan agar mereka bisa belajar untuk hidup secara mandiri dan tidak terus bergantung kepada orang tua. Sebab, tidak selamanya orang tua mampu menopang kehidupan mereka.
“Mulailah diri dengan hidup mandiri, dan jangan terus menggantungkan dengan orang tua kalian,” kata Wali Kota Risma, saat memberikan pengarahan kepada anak putus sekolah, bertempat di eks Gedung Siola lantai IV, Sabtu, (10/3/18).
Walikota Surabaya yang akrab disapa Risma ini mengatakan bahwa setiap orang pasti butuh untuk makan dan butuh untuk masa depan. Maka dari itu, wali kota sarat akan prestasi tersebut berpesan agar anak-anak putus sekolah ini mau mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik.
“Kalau kalian tidak bisa memikirkan masa depan kalian sendiri, terus siapa yang akan memikirkan, karena orang tua kalian tidak bisa mendampingi kalian terus,” ujar wali kota kepada puluhan anak putus sekolah ini.
Dalam kesempatan ini, walikota Risma kemudian memberikan kesempatan kepada anak-anak putus sekolah untuk menyampaikan secara langsung apa saja keluhan dan problematika mereka. Salah satu yang menarik adalah pernyataan yang disampaikan oleh Adi Wicaksono (16) tahun, dirinya yang putus sekolah SMK ini, kemudian memilih untuk mencari uang setiap malam dengan cara mengamen.
“Kamu nanti saya ikutkan kejar paket, jangan keluyuran saja, kasihan orang tuamu,” kata wali kota dihadapan anak-anak.
Lebih lanjut walikota mengatakan bahwa sebenarnya permasalahan anak putus sekolah ini bermacam-macam alasannya. Mulai dari karena memang mereka malas sekolah, ada yang nakal. Namun, ada pula yang memang mereka tidak mampu untuk membayar biaya sekolah.
“Kita treatment dulu anak-anak ini. Tapi yang paling penting adalah bagaimana mereka bisa mengakses masa depan mereka,” tuturnya. (KN01)