Surabaya (KN) – Terjadinya tragedi perahu bocor hingga tengelam di Sungai Bengawan Solo, Bojonegoro itu terjadi karena keteledoran pemilik perahu. Ini ditegaskan oleh Gubernur Jawa Timur Dr H Soekarwo saat ditemui di Gedung Negara Grahadi, Selasa (28/6).
Agar kejadian serupa tak lagi terulang, Gubernur Jatim yang akrab disapa Pakde Karwo ini meminta agar ada sistem kontrol dari pemerintah setempat. Artinya, jumlah penumpang dan kualitas perahu yang digunakan harus diawasi secara berkala.
“Perahu serupa jumlahnya tak sedikit, sehingga jika tak dikontrol, maka kecelakaan karena keteledoran pemilik perahu itu bisa saja terjadi lagi,” katanya. Selain adanya kontrol dari pemerintah, ia juga menyarankan pada pemilik perahu agar lebih berhati-hati dan mengutamakan keselamatan penumpang.
Saat dikonfirmasi apakah perlu dibangun jembatan di Bengawan Solo, Pakde Karwo menjelaskan, tidak mungkin karena adanya tragedi perahu ini harus dibangunkan jembatan.
Menurutnya, di negara-negara maju seperti di Inggris dengan Sungai Themes-nya hingga kini transportasinya masih menggunakan perahu. Jika di kualitas perahu memadai, maka keamanan akan lebih baik.
Untuk itu, ia meminta semua pihak tidak mengaitkan kasus kecelakaan perahu penyeberangan Kabupaten Bojonegoro dengan minimnya infrastruktur seperti jembatan di Bengawan Solo. “Yang pasti itu murni human error, tidak ada kaitannya dengan sarana transportasi dan infrastruktur,” tegas Pakde Karwo.
Oleh sebab itu, lanjut dia, pihaknya tidak akan serta-merta membangun jembatan di beberapa ruas Bengawan Solo untuk menyikapi peristiwa itu. “Tidak setiap ada orang tertabrak sepeda motor harus dibuatkan jembatan penyeberangan. Kecelakaan itu karena sebetulnya kurang hati-hati saja,” katanya.
Seperti diketahui, tragedi perahu tenggelam karena bocor yang menewaskan 10 orang di Bengawan Solo, Senin (27/6) itu, akibat faktor kelalaian pengemudinya. (yok)
Foto : Pakde Karwo