Jakarta (MediaKoranNusantara.com) – Kolaborasi Pembinaan Ekonomi Terpadu Kopi Arabika (Kabinet Arabika) dan Sarana Informasi dan Pelayanan Terpadu Pekerja Migran Indonesia (simPadu-PMI) Jawa Timur yang masuk sebagai 99 top inovasi pelayanan publik nasional Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tahun 2018, saat ini dalam proses penilaian menjadi 40 top inovasi nasional dan menjadi inovasi unggulan Jatim.Paparan tentang kedua inovasi layanan publik ini dilakukan Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo di Kantor Kemenpan RB Jl Jendral Sudirman Kav. 69, Jakarta, Selasa (17/7/2018), pada acara Presentasi dan Wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2017 di Lingkungan Kementerian/Lembaga, Pemda, BUMN, dan BUMD yang berlangsung pada tanggal 9-23 Juli 2018.
Bertindak sebagai panelis atau tim penguji terdiri dari lima orang, yaitu Prof JB Kristiadi, Prof. Eko Prasojo, Dr. Wawan Sobari, Nurzaman Mochtar, dan Indah Suksmaningsih.
Dalam paparannya, Pakde Karwo-sapaan akrab Gubernur Jatim Soekarwo menjelaskan Kabinet Arabika sebagai salah satu cara mengajak petani di Jatim untuk lebih sejahtera. Konsep dasar dari inovasi Kabinet Arabika ini adalah memberikan nilai tambah kepada petani kopi khususnya arabika, yang peminat dan harga pasar lebih bagus 2.5 kali lipat dibandingkan dengan kopi robusta.
Agar nilai tambah petani meningkat, lanjut Pakde Karwo, perlu dilakukan intervensi pemerintah, mulai kualitas dan kuantitas bibit di petani, pendampingan pada saat tanam dan panen, pengolahan produksi di tingkat petani, pemasaran, sampai dengan pembiayaan bunga rendah.
Langkah tersebut dilakukan antara lain karena permasalahan-permasalahan seperti lambatnya pengembangan kopi arabika yang disebabkan kualitas bibit tidak unggul, kualitas produksi kurang berdaya saing yakni asalan, hanya menghasilkan produk primer berupa biji, serta terbatasnya akses permodalan dan pemasaran.
Melalui inovasi tersebut menurut Gubernur Jatim asal Madiun ini, pendapatan petani bertambah besar atau menjadi lebih sejahtera. Apabila awalnya pendapatan petani hanya sebesar Rp. 70,3 milyar/tahun/ha atas penjualan greenbean asalan-ose kopi yang diambil tanpa melihat tingkat kemasakan. Dengan inovasi ini, pendapatan petani bertambah menjadi Rp. 266,6 milyar/tahun/ha atau naik 378% ketika menjual dalam bentuk greenbean premium. Sementara itu, ketika kopi dijual dalam bentuk greebean roasted nilainya menjadi Rp. 643,1 milyar atau naik 913%.
Ditambahkan, pengembangan kopi arabika di Jatim selama ini meliputi area lahan seluas 16.691 ha dengan total produksi mencapai 6.829 ton/ tahun. Sementara, prospek dari kopi arabika Jatim sendiri memiliki potensi lahan sebesar 30.520 ha, yang tersebar di kawasan pengembangan ijen raung seluas 13.700 Ha, argopuro 3.200 ha, Bromo Tengger Semeru 10.120 ha, dan Wilis seluas 3.500 ha.
Sementara itu, terkait inovasi sim-Padu PMI, Pakde Karwo menjelaskan inovasi terutama berupa pendirian layanan satu atap, pembuatan layanan aplikasi informasi kerja, konsultasi dan pengaduan berbasis on line, dan konsultansi pemberdayaan pekerja migran Indonesia Jatim. Inovasi ini antara lain mampu mengubah pengiriman para tenaga kerja Indonesia (TKI) Jatim dari sektor informal menuju sektor formal sehingga lebih memberikan perlindungan terhadap para TKI dan turunnya pekerja migran bermasalah di tempat kerja.
Dengan inovasi ini, lanjutnya, para pekerja formal terdata dan terakses melalui sistem di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jatim dan Kementerian terkait sehingga terhadap permasalahan-permasalahan yang ada bisa terdeteksi untuk diberikan bantuan penyelesaian. Sedangkan, untuk sektor informal yang sering terjadi permasalahan, pihaknya terus melakukan pembenahan sektor ini melalui peningkatan kualitas Balai Latihan Kerja.
Jatimnomics dan Jatimetik Ciri Khas Jatim
Terhadap presentasi Pakde Karwo, Panelis Prof. JB Kristiadi memberikan pujian atas paparannya, yang dinilainya sebagai solusi terhadap sektor pertanian dan perkebunan di Indonesia. “Apa yang dikerjakan oleh Jatim bisa digunakan menjadi proyeksi nasional, terutama dalam memberikan nilai tambah, pendampingan hingga akses permodalan,” jelasnya.
Sementara itu, panelis, Wawan Sobari mengilustrasikan paparan Gubernur Jatim tersebut tidak terlepas dari konsep Jatimnomics yang memberi perhatian pada sektor hulu – hilir yang tujuannya memberikan nilain tambah bagi petani, khususnya kopi, yang sangat memberikan manfaat bahi para petani.
Demikian pula, konsep Jatimetik, yang diilustrasikannya bahwa pekerja migran asal Jatim diberikan nilai-nilai etika dan moral yang menjadi ciri khas dari masyarakat Jatim selain kompetensi dan keahlian yang dimiliki. Dengan upaya tersebut , pihak mitra senang dengan kinerja TKI Jatim yang berkompeten dan relatif patuh kepada pimpinannya.
Turut mendampingi Gubernur Jatim dalam kesempatan ini, yaitu Kepala Dinas Perkebunan Prov. Jatim Ir Karyadi MM, Kadisnaker Prov. Jatim Setiajid, Plt. Kepala Biro Humas dan Protokol Benny Sampir Wanto, dan Plt. Kepala Biro Organisasi Setda. Prov. Jatim Budi Supriyanto. (KN01/***)