KORAN NUSANTARA
indeks Nasional

NU Menolak Keras Wacana Swastanisasi Ibadah Haji

Surabaya (KN) – Nahdlotul Ulama menolak keras wacana swastanisasi ibadah haji oleh sebagian pihak yang tidak puas dengan penyelengaraan haji oleh Pemerintah. Penolakan ini untuk mengantisipasi komersialisasi ibadah.“Saya ingatkan, jangan sekali-kali mengkomersialkan ibadah haji, karena justru semuanya akan kacau, apalagi bila swasta yang masuk adalah asing dan nonMuslim. Kalau yang siap dengan dana besar itu dari kelompok Yahudi, bagaimana? Apa nggak bertambah gawat,” kata Rais Syuriah, PBNU, KHA Hasyim Muzadi di Surabaya, Jumat (2/12).

Menurutnya, tentang swastanisasi haji, ia menyatakan Indonesia sudah memiliki pengalaman itu, seperti PT Arafat, PT Yaa Mualim, dan sebagainya, namun semua itu justru tidak lebih baik, karena justru terjadi komersialisasi dalam ibadah.

Pihaknya meminta, jika ada koreksi atau kritik terhadap masalah haji, seharusnya lebih ditujukan pada aspek ibadah, dan bukan sebatas aspek teknis. “Masalah haji itu bukan seperti camping (berkemah), karena itu jangan hanya mengkritisi soal makanan, tenda, dan sejenisnya, tapi bagaimana pelayanan ibadah,” kata Hasyim Muzadi.

Ketika ditemui saat bersilaturahim ke Sekretariat PWNU Jatim menjelang kunjunganya ke Tuban untuk menghadiri Haul Sunan Bonang, ia menyatakan perbaikan layanan haji pada aspek ibadah justru lebih dibutuhkan. “Perbaikan layanan haji dari aspek ibadah lebih dibutuhkan jamaah haji daripada hanya urusan tenda, makanan, dan sejenisnya, apalagi bila aspek teknis itu bersifat ringan,” ujarnya.

Ia mencontohkan, saat ini banyak jamaah haji yang tidak tahu beda antara haji tamattu’, haji ifrad, dan haji qiran. Karena umumnya mereka berangkat tanpa mengetahui tujuan dan hal-hal terkait ibadah haji.
“Saya sempat bertemu dengan seorang haji yang sudah dua kali melaksanakan ibadah itu, tapi ketika saya tanya apakah dia melaksanakan haji tamattu’, haji ifrad, atau haji qiron, ternyata ia menjawab dirinya tetap bernama Haji Sholeh,” tuturnya.

Oleh karena itu, kata Sekretaris Jenderal “International Conference of Islamic Scholars” (ICIS) itu, pelaksanaan haji tahun 2011 secara teknis memang belum sempurna, tapi secara aspek ibadah justru lebih memerlukan pembenahan serius. “Jadi, ketidaksempurnaan secara teknis itu masalah biasa, tapi pembenahan aspek ibadah dalam haji itu sangat penting,” pungkasnya. (yok)
Foto : KHA Hasyim Muzadi

 

Related posts

Menko Luhut Minta Hilangkan Biaya Pembatalan Tiket Pesawat

Respati

Panglima TNI : Pancasila Sebagai Ideologi Negara Sudah Final

kornus

Maruli Berharap Gelora Pancasila yang Telah Diselamatkan Jadi Momentum Pacu Prestasi Olahraga di Jatim

kornus