Surabaya (mediakorannusantara.com) – Produksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) oleh PDAM Surya Sembada Kota Surabaya sudah lama menjadi rencana, yang sampai sekarang belum terealisasikan. Komisi B DPRD Surabaya, mendorong supaya rencana itu secepatnya direalisasikan tahun ini.
“Ini sejalan dengan target wali kota agar PDAM tahun ini merealisasikan produksi air minum dalam kemasan,” ujar Anas Karno Wakil Ketua Komisi B, disela acara Ground Breaking perbaikan pipa jaringan PDAM tahun 2023 pada Rabu (24/05/2023).
Lebih lanjut legislator Fraksi PDIP Surabaya tersebut mengatakan, memproduksi AMDK sebagai bagian dari lini usaha PDAM, akan membuat bisnis BUMD milik Pemkot Surabaya tersebut kian berkembang.
“Sehingga akan menambah pendapat mereka yang akhirnya juga akan menambah deviden bagi pendapatan asli daerah kota Surabaya. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air minum kemasan,” jelasnya.
Anas Karno menambahkan, pasar AMDK PDAM cukup besar. Diantaranya bisa menjangkau kantor OPD dan dinas dilingkungan Pemkot Surabaya.
“Kemudian kantor DPRD Surabaya, SD dan SMP negeri yang dikelola Pemkot Surabaya, ditambah kantor-kantor BUMD Pemkot Surabaya. Selain dipasarkan lebih luas lagi ke masyarakat,” imbuhnya.
Sementara itu Direktur Utama PDAM Surya Sembada Arief Wisnu Cahyono mengatakan untuk memproduksi AMDK butuh waktu karena memerlukan kajian terkait isu lingkungan. Kajian itu untuk memastikan bahwa AMDK nantinya, tidak menimbulkan potensi menambah beban lingkungan.
“Karena itu, ini sudah kita siapkan Insyaallah Agustus siap produksi. Tetapi utk mendapatkan nomer edarnya SNI, BPOM butuh waktu 6 bulan sampai satu tahun. Kalau Agustus kita produksi baru tahun depan bisa kita berjualan,” terangnya.
Arief menjelaskan bahan baku AMDK merupakan unggulan karena dari mata air Umbulan yang ditampung di Putat melalui pipa reservoir.
Menurut Arief, PDAM akan fokus pada air minum kemasan dalam galon. Dengan kapasitas produksi 200 galon dalam setahun.
“Tapi ada juga kemasan 330 ml yang botol. Untul kemasan cup kita sedang pertimbangan. Karena cup memang nanggung dengan 330 ml. Selain itu cup itu ada pencemaran dari sedotannya, yang merupakan plastik juga,” jelasnya.
Lebih lanjut Arief mengatakan, untuk produksi AMDK, PDAM bekerjasama dengan ITS sebagai teaching factory. Karena selain sebagai lini usaha juga menjadi sarana edukasi bagi para mahasiswa.
“Selain magang, nanti mahasiswa bisa mengoperasikan juga, dan secara komersial juga ikut mulai mendesain. Membutuhkan investasi sekitar Rp 11 miliar. Nanti di Ultahnya PDAM kita udah launching,” pungkasnya. (jack)