Surabaya (KN) – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Timur membuat sejumlah inovasi. Inovasi tersebut dibuat untuk mengantisipasi cuaca yang menjadi satu di antara penyebab turunnya produksi garam pada tahun tersebut.Kepala DKP Jatim, Heru Tjahjono ditemui wartawan, Senin (8/5/2017) mengatakan, anjloknya pendapatan produksi garam di tahun lalu menjadi salah satu pelajaran penting pihaknya untuk menciptakan inovasi baru. Bagaimana tidak, produksi garam di 2016 silam anjlok lebih dari sembilan puluh persen dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 2015 lalu, produksi garam di Jatim bisa mencapai 1,1 juta ton. Bukan hanya surplus sekitar 950 ribu ton, dengan produksi sebanyak itu, Jatim dapat menyokong hingga sepertiga dari total konsumsi garam di tingkat nasional. Sekadar diketahui, untuk level nasional, total konsumsi garam sebesar 3,4 juta ton dan 150 ribu di antaranya digunakan di Jatim.
Berbeda halnya dengan produksi garam pada tahun 2016 lalu. Selama setahun, Jatim hanya bisa memproduksi garam sebesar 98 ribu ton. Bahkan, untuk menutup defisit penggunaan garam, Jatim sampai harus melakukan impor.
Buruknya capaian produksi garam di 2016 silam, juga sempat menjadi salah satu catatan DPRD Jatim dalam persetujuan Laporan Keterangan Pertangungjwaban (LKPJ) Pemerintah Provinsi Jatim pekan lalu. Beberapa anggota dewan meminta pemrov untuk membuat terobosan agar peningkatan produksi garam bisa dilakukan.
Heru menjelaskan, bahwa salah satu alasan terbesar buruknya produksi garam di Jatim disebabkan cuaca yang didominasi oleh musim penghujan atau kemarau basah. Akibatnya hujan, petani enggan memproduksi garam.
Untuk masalah itu, Heru pun mengatakan bahwa inovasi yang dilakukan pihaknya adalah dengan membuat ruang rekayasa anti hujan. “Saya menganggap bahwa alasan turunnya jumah produksi garam karena disebabkan musim hujan yang berkepanjangan adalah alasan yang basi. Dengan terobosan ini, saya meminta petani melupakan masalah cuaca,” ujar Heru.
Ada tiga inovasi yang disiapkan oleh DKP Jatim. Yakni, rumah garam, geomembran, dan Teknologi Ulir Filter (TUF). Ketiga inovasi yang dibuat bekerjasama dengan Universitas Trunojoyo (Unijoyo) tersebut memungkinkan para petani garam dapat memproduksi garam tanpa bergantung dengan cuaca.
Sebab, proses produksi akan dilakukan di dalam ruangan sehingga tak akan terganggu oleh hujan. “Teknologi yang terbaru ini bisa mmebuat para petani memproduksi garam sepanjang tahun tanpa perlu bergantung dengan cuaca,” ujarnya. (ovi)