Surabaya (mediakorannusantara com) – Pemerintah Indonesia resmi meluncurkan program cek kesehatan gratis bagi seluruh masyarakat sebagai bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden Prabowo Subianto. Program ini mulai berjalan di seluruh Puskesmas di Indonesia pada Senin (10/2/2025).
Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, dr. Benjamin Kristianto, menyambut baik inisiatif ini. Menurutnya, salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah tingginya biaya perawatan akibat penyakit yang baru terdeteksi setelah kondisi pasien sudah parah.
“Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah penyakit-penyakit yang menyebabkan banyaknya orang yang berobat, yang menyebabkan biaya opname dan perawatan tidak mampu dibiayai oleh negara,” ujar dr Benjamin ditemui seusai hearing dengan Dinas Kesehatan Jatim di ruang Komisi E, Selasa (11/2/2025).
Ia menjelaskan, penyakit yang sudah berkembang sering kali meninggalkan dampak jangka panjang. “Kalau penyakit itu sudah menyerang maka pasti ada sisa gejala. Misalnya orang kena darah tinggi lalu stroke, pasti ada sisa gejala, gejalanya lumpuh, sehingga dia tidak bisa bekerja dan beraktivitas dengan lancar,” ujar dia.
Oleh karena itu, dr. Benjamin menekankan pentingnya pencegahan penyakit melalui pemeriksaan kesehatan rutin, seperti Medical Check-Up (MCU). “Kita harus membuat bukan masyarakat sakit dulu, tapi kita harus mencegah supaya tidak terjadi penyakit masyarakat,” jelasnya.
Ia menyebut bahwa program MCU yang dicanangkan Presiden Prabowo akan dilakukan secara berkala, dengan pemeriksaan awal mencakup tiga aspek utama.
“MCU ini terdiri dari tiga yang akan dilaksanakan di awal, yaitu untuk mengetahui keadaan anemia, kencing manis, tensi, dengan foto rontgen untuk melihat paru-paru,” papar dr. Benjamin.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya pemeriksaan paru-paru mengingat tingginya kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia. “Penyakit TBC di Indonesia cukup banyak, bisa sampai 15 kematian dalam satu hari. Oleh karena itu dibikinkan program mencegah penyakit supaya rakyat Indonesia sehat, bukan setelah sakit dan menimbulkan gejala,” tegasnya.
Agar pelaksanaan pemeriksaan berjalan tertib dan tidak menimbulkan antrean panjang, program MCU dilakukan berdasarkan tanggal lahir masyarakat. “Dengan sistem ulang tahun ini, tidak semua satu hari itu ulang tahun berbarengan, sehingga mencegah penumpukan dari masyarakat yang ingin mendapatkan MCU gratis,” jelas dr. Benjamin.
Menurut dia, pemeriksaan tahunan ini akan membantu mendeteksi pola penyakit masyarakat. “Dengan minimal satu tahun kita sudah bisa membaca pola penyakitnya. Misalnya dicek sekarang ternyata dia ada hipertensi, ini kan screening, artinya ini hanya mengetahui sakit atau tidak, bukan berarti setelah itu dia tidak diobati satu tahun lagi,” paparnya.
Ia mencontohkan kasus-kasus penyakit yang sering kali tidak disadari masyarakat. Misalnya, kata dia, begitu diketahui ada gejala kencing manis, maka ada nasihat dan pengobatan yang dilakukan di puskesmas atau fasilitas kesehatan tingkat pertama.
“Tapi yang jadi masalah adalah orang merasa sehat, kuat, ternyata dia ada hipertensi, stroke di kamar mandi,” ujarnya.
Dalam pelaksanaan di lapangan, dr Benjamin mengakui masih banyak masyarakat yang takut melakukan pemeriksaan kesehatan. Sebab, mereka khawatir mengetahui adanya penyakit dalam tubuhnya. Karenanya, dr Benjamin menegaskan pentingnya sosialisasi dan mengubah pola pikir masyarakat.
“Kami sampaikan kemarin pada Dinas Kesehatan dan BPJS Kesehatan pentingnya sosialisasi. Jangan ada budaya takut ketahuan. Misal ketahuan punya penyakit darah tinggi atau kencing manis, maka budaya itu harus diubah,” jelasnya.
“Dengan mengetahui penyakit kita sedini mungkin, maka kita bisa mencegah dan mempertahankan kelayakan hidup kita yang sehat,” imbuhnya.
Jika dari hasil MCU ditemukan adanya penyakit, dr Benjamin menuturkan bahwa masyarakat juga dapat segera mendapatkan pengobatan. “Jadi misalnya suatu tumor atau kanker pada saat grade pertama bisa kita hilangkan penyakit itu. Tapi kalau sudah pada fase yang berat maka tidak bisa apa-apa lagi, sulit,” jelasnya.
Lebih dari itu, kata dia, pencegahan juga lebih mudah dibanding pengobatan. Terutama untuk penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes.
“Jadi jangan sampai terjadi stroke, serangan jantung, gagal ginjal, amputasi yang disebabkan penyakit yang sebenarnya bisa dicegah. Dicegahnya pun gampang, bukan selalu dengan obat, kadang-kadang pola makan. Misal kencing manis, dia dinasehati menjaga pola makan dan olahraga,” tambahnya.
Maka dari itu, dr Benjamin mengimbau masyarakat untuk tidak takut dan ragu mengikuti program cek kesehatan gratis ini. “Jadi jangan takut melakukan MCU, malah biaya ini ditanggung oleh negara. Mestinya bersyukur negara hadir dalam menyiapkan atau mencegah penyakit yang ada di masyarakat, jadi tidak perlu takut,” tutupnya. (KN01)