Jakarta (KN) – Keputusan Pemerintahan SBY menaikkan harga BBM dianggap bentuk penzaliman kepada rakyat. Sebab efektivitas pemanfaatan anggaran saja masih rendah.Menurut politisi Partai Golkar Bambang Soesatyo, seharusnya pemerintah memaksimalkan dulu pemanfaatan anggaran, sebelum menaikkan harga BBM bersubsidi.
“Karena efekvitas pemanfaatan anggaran masih sangat rendah, rakyat akan merasa dizalimi jika pemerintah begitu saja menaikkan harga BBM bersubsidi,” kata Bambang dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (28/2/2012).
Bambang berpendapat, alasan menaikkan harga BBM bersubsidi karena kenaikan harga minyak mentah dunia hanya memanfaatkan momentum. Sebab memang sudah bertahun-tahun pemerintah ingin sekali menaikkan harga premium, namun gagal.
Alasannya menaikkan BBM subsidi pun, kata Bambang, selalu sama, yakni terjadinya pembengkakan subsidi BBM akibatĀ dua faktor. Fluktuasi harga minyak dunia dan penambahan kuota BBM bersubsidi.
“Sudah disiapkan sejumlah opsi dan skenario pembatasan konsumsi BBM bersubsidi, tetapi itikadĀ mengurangi subsidi BBM selalu dibatalkan,” paparnya.
Kalau tahun ini pemerintah akhirnya benar-benar berani menaikkan harga BBM bersubsidi, Bambang yakin pemerintah merasa alasannya sudah sangat lengkap. Pemerintah berasumsi bahwa rakyat bisa memahami kebijakan ini, karena banyak negara pun tahun ini harus mengubah kebijakan energinya masing-masing.
“Namun, alasan ketegangan internasional itu saja belum cukup. Situasi global masih diselimuti ketidakpastian, sehingga niat merealisasikan kenaikan harga BBM bersubsidi itu terlalu terburu-buru,” kata Bambang Soesatyo.
Kalau Iran dan AS-Eropa dalam jangka dekat bisa mencari jalan tengah sehingga mendorong penurunan harga minyak mentah dunia, rakyat tetap dirugikan. Sebab pemerintah belum tentu bersedia menurunkan lagi harga BBM bersubsidi yang sudah dinaikan karena alasan lonjakan harga minyak mentah dunia.
“Oleh karena itu, demi keadilan dan kesejahteraan rakyat Indonesia, harga BBM bersubsidi harus tetap dipertahankan pada posisinya yang sekarang, sambil terus mengamati fluktuasi harga minyak mentah dunia,” ujarnya.
Bambang mengingatkan, berdasarkan pengalaman, pembengkakan subsidi BBM tidak membuat perekonomian Indonesia bangkrut. Bahkan melalui mekanisme subsidi BBM, rakyat kalangan bawah di Indonesia bisa menikmati sedikit tingginya pertumbuhan ekonomi yang tahun lalu mencapai 6,5 persen itu. (red)
Foto : Bambang Soesatyo