Surabaya (MediaKoranNusantara.com) – Ada beberapa sesar aktif yang melewati wilayah Kota Surabaya. Hal ini tentu harus diwaspadai sejak dini, karena dikhawatirkan dapat berpotensi gempa. Untuk itu Penataan Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Surabaya akan dievaluasi.Hal ini disampaikan Wakil Walikota Surabaya Whisnu Sakti Buana saat menghadiri Diseminasi SNI Bangunan Tahan Gempa dan Penelitan Gempa Kota Surabaya, di auditorium Pusat Riset ITS Surabaya, Kamis (3/10/2019). ’’Kita akan melakukan evaluasi kembali terhadap RTRW Surabaya tahun 2022. Mengingat hasil penelitian yang dilakukan harus diantisipasi mulai sekarang,’’ kata Whisnu Sakti.
Berdasarkan penelitian Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITS pada 2017 lalu tercatat, kondisi Surabaya memang dilalui patahan aktif (sesar). Hal tersebut berdampak pada potensi gempa mencapai 6.5 Skala Richter (SR).
Ada dua patahan aktif. Yakni, patahan Surabaya dan Waru. Termasuk di wilayah Surabaya Timur kawasan kampus ITS, dan wilayah HR Muhammad di Surabaya Barat.
Pejabat yang akrab disapa WS ini menerangkan, evaluasi RTRW salah satunya meliputi wilayah hunian penduduk. “Nanti akan ditetapkan untuk wilayah belum padat hunian sebagai ruang terbuka hujau (RTH). Sedangkan, wilayah yang sudah padat hunian akan ditetapkan standarisasi bangunan atau SNI terhadap gempa,” terang dia.
Pemkot, dikatakan politisi PDI Perjuangan yang telah mendaftarkan diri sebagai Bacawali Surabaya 2020 ini, akan memasukkan hasil penelitian ITS tentang potensi gempa dalam evaluasi RTRW. “Kalau penelitan yang sudah dilakukan menggunakan APBN. Tahun depan akan kami support dengan APBD, agar penelitiannya lebih dalam lagi,” ujar WS.
Bencana gempa bumi memang menjadi perhatian utama. Tidak hanya Pemkot Surabaya, melainkan juga pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Pekerjaan Umum dan Pemukiman Rakyat (PUPR).
Kepala Penelitan dan Pengembangan PUPR Lukman Hakim yang hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan saat ini tantangan bencana di wilayah Indonesia sedang dihadapi. Berdasarkan data BNPB pada 2017, tercatat sekitar 2.341 kejadian gempa di beberapa wilayah. “Kejadian ini terjadi kerusakan cukup masif,” kata Lukman.
Sementara, kejadian bencana alam berupa gempa bumi, banjir, dan karhutla yang berdampak pada korban manusia dan ekonomi tercatat sebanyak 2.572 kejadian selama 2018. Bencana alam tersebut termasuk kejadian bencana alam puting beliung, banjir, dan longsor yang harus menjadi catatan bersama. (Jack)