KORAN NUSANTARA
indeks Surabaya

Walikota Paparkan Surabaya Jadi Kawasan Zero HIV/AIDS di APEC 2013

Surabaya (KN) – Walikota Surabaya Tri Rismaharini memaparkan upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Surabaya untuk menekan jumlah penderita HIV-AIDS di Kota Surabaya. Paparan Walikota disampaikan didepan puluhan delegasi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) dalam meeting bertajuk Health Working Group (HWG) Policy Dialogue on Getting to Zero HIV/AIDS di Ball Room Hotel Sheraton, Sabtu (6/4/2013).

Lewat data-data dan paduan gambar yang disajikan lewat display, Walikota Risma menunjukkan kepada delegasi dari 21 negara tentang komitmen besar Pemkot Surabaya untuk menjadikan Kota Pahlawan sebagai kawasan yang zero (nol) HIV/AIDS.

“Saya memberikan gambaran tentang upaya yang sudah dan akan terus kami lakukan agar jumlah penderita HIV/AIDS di Surabaya bisa zero. Salah satunya dengan mengampanyekan pola hidup sehat, seperti bebas narkoba,” tegas Risma seusai acara.

Menurut Risma, dengan masih adanya lokalisasi, Kota Surabaya menjadi kawasan terdampak penyebaran HIV/AIDS. Ancaman penyebaran virus HIV/AIDS masih mengancam 3.132.764 juta warga Kota Surabaya. Menurut data yang ada, jumlah pengidapnya pernah melonjak. “Jumlahnya sempat naik. Tetapi setelah kami terus mencegah dampaknya, terjadi penurunan signifikan pada tahun 2011 dan 2012 ini,” jelas Risma.

Ironisnya, jumlah pengidap HIV/AIDS dilihat dari jenis pekerjaannya, sebanyak 126 orang merupakan ibu rumah tangga. Jumlah terbanyak merupakan pekerja swasta yang mencapai 218 orang. Di peringkat dua ada penjaja seks sebanyak 156 orang. “Karena lokalisasi di Surabaya jadi satu kesatuan dengan kawasan rumah tangga,” sambung dia.

Beberapa upaya yang sudah dilakukan Pemkot untuk menekan angka pengidap HIV/AIDS di Kota Surabaya hingga angka nol, diantaranya upaya promosi melalui media massa tentang pentingnya hidup sehat untuk menghindari HIV/AIDS.

Kemudian upaya preventif seperti layanan kesehatan melalui pemeriksaan dan pengobatan secara gratis di sejumlah Puskemas. Layanan kesehatan juga dilakukan secara mobile sehingga warga tidak perlu datang jauh-jauh ke Puskemas. Termasuk upaya kuratif dengan menggelar home care treatment (pengobatan di rumah), dan memberikan makanan tambahan dan suplemen kepada pengidap HIV/AIDS ini.

Walikota Risma juga beberapa kali berkunjung ke sekolah-sekolah untuk memberikan penjelasan langsung kepada siswa-siswi terhadap bahaya HIV/AIDS. Sebanyak 15 ribu class leader (ketua kelas) juga ditunjuk untuk ikut memantau teman-teman sekelasnya, termasuk menjadi teman curhat dengan didampingi psikolog dari beberapa universitas.

“Kita juga terus melakukan survey pada kelompok berisiko tinggi bersama LSM dan dinas terkait, dengan harapan kami bisa memantaus ecara berkesinambungan,” jelas Risma.

Walikota perempuan pertama di Kota Surabaya ini juga menjelaskan tentang rencana penutupan tiga lokalisasi. Sebelumnya, Pemkot Surabaya sudah menutup Lokalisasi Dupak Bangunsari. Termasuk, menampilkan display tentang pembekalan kepada wanita harapan (sebutan untuk tunawisma yang sudah insyaf)berupa keahlian memasak atau menjahit. Juga melakukan graduation ceremony (wisuda) kepada wanita harapan.

Tri Rismaharini juga bercerita perihal sweeping yang dilakukan Pemkot untuk merazia anak-anak yang berada di tempat hiburan malam.

“Kami juga punya kampung bebas merokok dan narkoba. Diantaranya di Putat Jaya Kebonsari, Krembangan, Gundi dan Banyu Urip. Intinya, ada optimisme untuk mewujudkan Surabaya menjadi kawasan zero HIV/AIDS lewat upaya-upaya yang sudah dan akan terus kami lakukan,” jelas Risma yang pernah masuk nominator walikota terbaik di dunia ini.
Pemaparan Walikota ini mendapat pujian para delegasi APEC. Salah seorang delegasi memuji data-data dan paparan yang disampaikan Risma sangat detail dan komprehensif. (anto)

Related posts

Kasus Cyber Crime di Jatim Meningkat

kornus

Apindo : 2.000 Perusahaan Minta Penangguhan Upah Minimum

kornus

ITS bersama Tim Abmas dan KKN Ciptakan Alat Otomasi Kelembaban dan Suhu Budidaya Jamur Tiram

kornus