Surabaya (KN) – Tingginya zat karbon dalam kandungan udara menjadi problem kota-kota besar. Hal ini menjadi perhatian utama Pemerintah Kota Surabaya maupun beberapa lembaga peduli lingkungan di Indonesia, bahkan di dunia.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Kamis (9/6), akan menerima kunjungan dari Tim Ahli Low Carbon Model Town (LCMT), Asia Pacific Energy Research Center (APERC), serta tim dari Direktorat Jenderal Energi dan Konservasi Energi ESDM. Tim tersebut tersebut terdiri dari para ahli asal China, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Indonesia, serta peneliti dari APERC. Para tamu akan diterima di ruang sidang walikota Surabaya, Kamis (9/6), pukul 08.30 Wib.
Kabag Humas Pemkot Surabaya Nanis Chaerani menjelaskan, kunjungan tersebut bertujuan untuk mengembangkan konsep kota rendah karbon dan mengkaji program-program kota rendah karbon. Selain itu juga untuk mendorong penggunaan teknologi rendah karbon yang terintegrasi. Selain itu, maksud kunjungan ini adalah sebagai sharing knowledge (berbagi ilmu) dalam kaitannya guna mendorong pembentukan komunitas rendah karbon.
Surabaya dipilih oleh tim LCMT untuk dikunjungi, karena berdasarkan laporan World Bank, Surabaya dianggap telah mempunyai program rendah karbon dan telah memulai menerapkan langkah-langkah untuk mewujudkan program tersebut.
Dalam kunjungan kali ini, tim LCMT akan memberi paparan tentang “Concept of the Low Carbon Town” dan Kota Surabaya juga akan memaparkan tentang “Rencana Kota Surabaya untuk Mengembangkan Low Carbon/Sustainable City”.
Seusai presentasi dan paparan, acara tersebut akan dilanjutkan dengan kunjungan ke beberapa lokasi. Tempat-tempat yang rencananya akan dikunjungi adalah TPA Benowo, Komunitas 3R Gundih, Rumah Kompos Bratang (Taman Flora), Taman Ekspresi, Taman Persahabatan, UPT Wiyung, dan Laboratorium Lingkungan (BLH) untuk melihat stasiun monitoring udara ambient.
Selain Surabaya, kota-kota yang dikunjungi oleh tim LCMT adalah Tianjin ( China ), Da Nang ( Vietnam ), Cebu (Filipina), dan Putra Jaya ( Malaysia ). (anto)
next post