Surabaya (mediakorannusantara.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) menggelar Surabaya Gender Award (SGA) 2022. Acara tersebut digelar untuk mendukung kesetaraan gender dalam mengentaskan masalah stunting di Kota Surabaya.
Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Surabaya, Rini Indriyani menyatakan, SGA digelar bukan hanya untuk mendukung kesetaraan gender di Surabaya. Akan tetapi, SGA sebagai media pendukung menuntaskan stunting.
“Kenapa ada kaitannya dengan stunting? Karena dalam mengatasi stunting itu ada yang namanya pola asuh, laki-laki dan perempuan dalam mengasuh anak itu punya kesetaraan yang sama,” kata Ketua TP PKK Rini usai awarding SGA di Royal Plaza Mal, Rabu (14/12/2022).
Contoh lain, lanjut Rini, dalam rumah tangga kebanyakan kepala rumah tangganya adalah perokok. Tentu, ketika di dalam rumah tangga itu ada salah satu perokok, maka akan berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Oleh karena itu, sebagai kepala rumah tangga harus paham dan menahan egonya untuk tidak merokok ketika sedang bersama anaknya. “Begitu pula ketika istri sedang hamil. Dalam kondisi ini tentunya istri butuh perhatian penuh agar anak terlahir sehat, di situasi seperti inilah pentingnya kesetaraan gender,” ujar Rini.
Istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi itu melanjutkan, kesetaraan gender tidak hanya dalam kondisi itu saja. Akan tetapi berlanjut hingga proses mengasuh anak dan seterusnya. “Jadi bukan hanya tugas perempuan saja, tetapi peran kepala rumah tangga juga penting. Begitu dengan suami ketika bekerja, istri juga wajib membantu pekerjaan rumah tangga,” lanjutnya.
Disamping itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Surabaya, Tomi Ardiyanto menyampaikan alasan SGA 2022 digelar di kecamatan dan kelurahan. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman terhadap camat dan lurah, ketika mempunyai sebuah program dan melayani warga tidak memandang dari segi gender.
Selain ditujukan kepada camat dan lurah, SGA juga untuk memberikan wawasan kesetaraan gender kepada warga, PKK, LPMK, RT/RW, dan Karang Taruna. “Untuk kecamatan dan kelurahan yang kita nilai itu secara organisasinya dan bagaimana mereka mensosialisasikan kesetaraan gender, sedangkan untuk masyarakat adalah peran sertanya yang kita nilai,” kata Tomi.
Tomi yakin, dengan SGA 2022 maka kasus stunting di Surabaya akan menurun drastis. Yang tadinya berada di angka 12.788 di tahun 2020, kini di tahun 2022 menjadi 1.055. “Kami berharap, dengan SGA bisa menjadi salah satu inovasi dan motivasi untuk camat, lurah dan masyarakat dalam mengentaskan stunting di Surabaya,” pungkasnya. (jack)