Surabaya (mediakorannusantara.com) – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berhasil meraih Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2023 dengan tema “Inovasi pangan, sandang dan papan, berbasis informasi dan kebudayaan.” Rencananya, Trofi Abyakta (Maju, Berkembang) akan diterimanya dalam puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Medan, Sumatera Utara pada 9 Februari 2023.
Tidak mudah untuk bisa meraih Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2023 tersebut. Sebab, Wali Kota Eri Cahyadi harus melewati sejumlah tahap penilaian. Mulai dari proses penjurian administratif hingga presentasi di depan tim juri.
Adapun program yang diikutsertakan Wali Kota Eri Cahyadi dalam Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2023 adalah bedah rumah bertajuk “Dandan Omah Dadi Apik, Rek”. Saat presentasi di kantor PWI Pusat, wali kota tampak mengenakan ikat kepala gaya arek Suroboyo dengan busana warna dasar abu dan bersandal kulit.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu juga terlihat menguasai persoalan perumahan khususnya Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) melalui program Dandan Omah.
Saat itu, Wali Kota Eri memaparkan kepada tim juri, bahwa warga yang ingin mendapatkan program Dandan Omah dapat mengajukannya melalui aplikasi Sayang Warga, e-Housing atau e-Rutilahu. Pemanfaatan teknologi informasi dalam program Dandan Omah dilakukan seiring dengan perkembangan zaman. “Dalam membangun Surabaya, termasuk di dalamnya dandan omah, (Pemkot Surabaya) mengandalkan teknologi informasi berbasis kearifan lokal,” kata Wali Kota Eri.
Lantas bagaimana dengan warga yang nir-teknologi? Wali Kota Eri menyebut, jika di situlah kearifan lokal saling tolong-menolong hadir. “Baik pertolongan sesama keluarga, warga, hingga pejabat pemerintah,” ujar Cak Eri, panggilan akrab Wali Kota Surabaya.
Dalam momen itu, Cak Eri juga memaparkan data tahun 2022 ada 1.465 unit rumah yang mendapat program dandan omah. Dana yang dibutuhkan untuk tiap rumah sekitar Rp 30 juta. Dari 1.465 unit rumah yang diperbaiki, 950 unit menggunakan APBD Kota Surabaya.
Sedangkan yang menggunakan non-APBD, ada sebanyak 380 unit rumah. Jumlah tersebut berasal dari Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), 98 unit dari Baznas, 30 unit dari CSR, dan 7 unit dari gereja. “Semuanya kami perbaiki rumah-rumah itu dengan cara gotong-royong. Mulai dari pengadaan material, tukang, sampai pengadaan dana,” papar Cak Eri.
Menurut dia, manfaat dari program Dandan Omah yang sudah dimulai Pemkot Surabaya sejak tahun 2015 tidak hanya dirasakan warga penerima. Sebab, masyarakat di wilayah sekitar dan pemerintah juga ikut merasakan manfaatnya.
“Masyarakat yang menerima program dandan omah mendapat kualitas hunian bagus, kesehatan meningkat, dan taraf ekonomi naik karena rumah itu bisa menjadi tempat layak untuk usaha,” kata Cak Eri.
Bahkan secara keseluruhan, Cak Eri menyatakan, bahwa masyarakat juga mendapatkan manfaat lain dari program tersebut. Program tersebut melestarikan gotong-royong hingga meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat. Juga, meningkatkan kesadaran pada kualitas hunian dan lingkungan.
“Pemkot Surabaya ikut mendapatkan manfaatnya pula dari program dandan omah. Program itu mengurangi kawasan kumuh. Pemkot bisa berkolaborasi dengan swasta, adanya penataan kota, dan pada gilirannya peningkatan kesejahteraan warga,” jelas Cak Eri.
Kala itu, seorang juri juga bertanya soal arsitektur lokal pada rutilahu yang sudah menjadi layak huni? Lantas Wali Kota Eri Cahyadi menjelaskan, bahwa arsitektur program Dandan Omah tersebut ada dalam hati. “Yang utama bagi kami adalah membangun rumah yang kumuh jadi pantas dihuni. Sedangkan soal arsitekturnya, itu ada dalam hati,” pungkasnya. (jack)