Madiun (KN) – Kekeringan yang melanda wilayah Jawa Timur mulai berdampak pada jenis konsumsi masyarakat miskin. Para buruh tani yang menggantungkan hidup dari jasa pertanian, terpaksa mengonsumsi gaplek (singkong dikeringkan) karena tenaga mereka belum terpakai imbas dari mengeringnya sawah.Kondisi itulah yang dialami warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Warga yang mayoritas buruh tani itu tampak menjemur gaplek yang akan dijadikan sebagai bahan makanan sehari-hari. Sudah sebulan ini, warga pinggiran hutan itu tidak mengonsumsi beras.
Warga mengaku tidak mampu membeli beras karena harganya cukup mahal. Sementara beras bantuan dari pemerintah untuk rakyat miskin, tidak menentu pembagiannya karena banyaknya tunggakan pembayaran di kantor desa. “Lagi kering jadi tidak bekerja. Ya makan gaplek, beraskan mahal,” ujar seorang buruh tani, di Desa Sidomulyo, Madiun, Jumat (6/9/2013).
Lahan pertanian yang selama ini menjadi andalannya dan buruh tani lain untuk mencari nafkah telah mengering. Pemilik lahan tidak mau mengambil risiko menanam padi karena takut gagal panen. Kalaupun menanan, ongkos produksi yang dikeluarkan tidak sebanding dengan hasil panen yang didapat. Untuk pengairan saja, petani harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Kondisi ini memang sedikit rancu dari keterangan yang disampaikan oleh Dinas PU Pengarairan Jatim, yang menyebut setok air aman hingga saat ini. Alasannya, volume air di sembilan waduk yang tersebar di sejumlah daerah cukup untuk menyuplai air ke persawahan para petani hingga November nanti. (ima)