Pembangunan RSUD Surabaya Timur di Jalan Medokan Asri Tengah, Surabaya.
Surabaya (mediakorannusantara.com) – Setelah menempuh perjalanan panjang menggunakan sepeda motor, Suryani (47) akhirnya tiba di depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo, Surabaya. Wanita paruh baya ini tampak berhenti sejenak di area parkir untuk melepaskan helmnya, menghela napas panjang seakan ingin mengurai segala keletihan yang melekat.
Jaket yang melindunginya dari angin sepanjang perjalanan dilepasnya dengan perlahan, memperlihatkan senyumnya yang tak pudar meski tampak lelah. “Hanya ini yang bisa saya lakukan. Menemani dan memastikan suami saya tetap kuat di tengah kondisi yang sulit,” ujar Suryani ditemui pada Rabu (30/10/2024).
Perjalanan dari rumahnya di kawasan Rungkut Surabaya, bukanlah perjalanan yang mudah, terutama di usia yang tak lagi muda. Namun, semangat dan rasa cinta pada sang suami membuat Suryani tidak gentar menghadapi segala keletihan yang mungkin datang.
Setiap hari, Suryani mengulangi perjalanan yang sama, berangkat dari pagi hingga petang hanya untuk memastikan kondisi sang suami, yang tengah menjalani perawatan intensif.
Di bawah terik matahari yang mulai memanas, Suryani bergegas menuju ruang tunggu. Tangannya menggenggam tas kecil yang berisi dokumen-dokumen penting serta beberapa perlengkapan sederhana yang mungkin dibutuhkan suaminya. “Ini adalah hal yang sudah jadi bagian hidup saya sekarang,” katanya dengan sorot mata yang penuh keteguhan.
Sesampainya di ruang perawatan, ia segera bertemu dengan perawat yang memberinya informasi terkini tentang kondisi suami. Meski tak banyak kabar perubahan, Suryani selalu mendengarkan dengan saksama, mencatat setiap detail yang disampaikan.
Baginya, perjalanan ini bukan sekadar rutinitas yang dijalani. Suryani telah memahami bahwa setiap detik yang dilewatkan di rumah sakit adalah kesempatan berharga untuk menguatkan sang suami. Meskipun sedang dalam keadaan lemah, Suryani selalu meyakinkan suaminya bahwa segala pengobatan ini tidak akan sia-sia.
Setelah menghabiskan beberapa waktu di ruang perawatan, Suryani kembali ke ruang tunggu, menunggu jadwal kunjungan berikutnya. Ia menyandarkan diri di kursi dengan tenang, menggenggam tangan dalam doa. “Selama dia masih ada, saya akan terus menemani,” tutur Suryani.
Suryani mungkin adalah satu di antara warga Surabaya Timur yang bisa dibilang belum dapat menikmati pemerataan akses layanan kesehatan. Namun, dengan adanya pembangunan Rumah Sakit Surabaya Timur, Suryani kini bisa berharap perjalanan panjang dan melelahkan itu akan segera berkurang.
“Jika sudah selesai dibangun Rumah Sakit Surabaya Timur tentunya akan sangat membantu. Saya tidak perlu menempuh perjalanan jauh lagi,” ujar Suryani.
Suryani mengisahkan betapa setiap perjalanan ke rumah sakit membawa harapan agar suaminya dapat sembuh dan pulang ke rumah. Dengan adanya pembangunan RSUD Surabaya Timur, ia berharap dapat lebih mudah menjangkau layanan medis tanpa harus melalui perjalanan panjang yang melelahkan.
“Saya sering membayangkan betapa lebih mudahnya kalau ada rumah sakit milik pemerintah berada di dekat Rungkut. Tidak harus berangkat pagi dan pulang malam, saya bisa lebih sering menemani suami,” kata Suryani sambil menyeka peluh di dahinya.
Sebagai seorang istri yang selalu setia mendampingi sang suami dalam masa-masa sulit, kemudahan akses rumah sakit tentu akan sangat berarti bagi Suryani. “Selain tenaga, waktu dan biaya juga bisa lebih dihemat,” kata dia penuh harap.
*Pembangunan RSUD Surabaya Timur*
Pembangunan RSUD Surabaya Timur telah resmi dimulai oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pada Kamis (5/10/2023) lalu. Rumah sakit ini dirancang menjadi pusat layanan kesehatan utama untuk wilayah Surabaya Timur. Dibangun di lahan seluas 1,7 hektar, rumah sakit ini berdiri di Jalan Medokan Asri Tengah, Kelurahan Kalirungkut, Kecamatan Rungkut, Surabaya.
Berdesain modern, RSUD Surabaya Timur menampilkan dua menara berlantai delapan yang mampu menampung hingga 257 tempat tidur dan sepuluh ruang operasi. Proyek ini diharapkan menjadi solusi bagi warga Surabaya Timur yang selama ini harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan layanan medis di RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) atau RSUD dr. Mohamad Soewandhie.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, menyatakan bahwa pembangunan rumah sakit ini merupakan komitmen Pemkot Surabaya dalam memastikan layanan kesehatan yang merata dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
“Dengan adanya RSUD Surabaya Timur, warga tidak perlu lagi terpusat di RSUD BDH atau RSUD Dr. Mohamad Soewandhie. Ini langkah penting bagi pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan warga di wilayah Surabaya timur,” kata Eri Cahyadi saat prosesi peletakan batu pertama pembanguan RSUD Surabaya Timur kala itu.
Keberadaan RSUD Surabaya Timur yang kini bernama RSUD Eka Candrarini itu, akan melengkapi dua RSUD lainnya di bawah pengelolaan Pemkot Surabaya, yakni RSUD dr. Soewandhie di pusat kota dan RSUD BDH di Surabaya Barat.
“Ada sejumlah masukan yang kami dengar, misalnya RSUD Soewandhie dan RSUD BDH sering kewalahan dalam menampung pasien. Dengan rumah sakit baru ini, diharapkan pelayanan kesehatan akan semakin optimal,” jelas Eri.
Data Pemkot Surabaya mencatat, saat ini terdapat 60 rumah sakit di Kota Pahlawan, dengan 59 di antaranya telah terakreditasi. Dari jumlah tersebut, 34 rumah sakit adalah rumah sakit umum, sementara sisanya merupakan rumah sakit khusus.
Eri menilai pentingnya tambahan rumah sakit pemerintah untuk mengatasi kebutuhan layanan kesehatan masyarakat. “Di Surabaya, berobat gratis dengan BPJS cukup dengan menunjukkan KTP. Rumah sakit di bawah pengelolaan pemerintah kota akan mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan layanan yang lebih maksimal,” tutur dia.
Untuk itu, RSUD Surabaya Timur diharapkan akan membantu mengurangi kepadatan pasien di RSUD Soewandhie dan BDH, yang rata-rata melayani 2.000 pasien per hari. Proyek ini digarap melalui kerja sama operasi antara PT Pembangunan Perumahan (PP) dan PT Adhi Karya, dengan nilai kontrak Rp494 miliar dan jangka waktu pengerjaan 360 hari kalender.
*Fasilitas dan Layanan RSUD Eka Candrarini*
Rumah sakit ini memiliki layanan unggulan untuk ibu dan anak, dengan kapasitas total 257 tempat tidur yang mencakup fasilitas khusus. Seperti di antaranya, Intensive Care Unit (ICU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Intensive Cardiology Care Unit (ICCU), dan Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Berbagai ruang seperti ruang bersalin, ruang nifas, dan ruang perawatan anak dan umum juga akan disediakan.
Di kesempatan terpisah, Asisten Administrasi Umum Pemkot Surabaya, Febria Rachmanita, menyampaikan bahwa rekrutmen tenaga medis akan dilakukan melalui seleksi CPNS. “Terdapat berbagai formasi yang dibutuhkan, mulai dari dokter spesialis hingga tenaga medis lainnya, dengan total kuota 640 orang,” ujar Febria.
Ia juga menyebutkan bahwa RSUD Surabaya Timur dijadwalkan mulai beroperasi pada November 2024 secara bertahap. “November InsyaAllah bertahap,” tambah dia.
Hal yang sama juga diutarakan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina. Ia menuturkan, RSUD Surabaya Timur akan fokus pada layanan unggulan ibu dan anak namun tetap menyediakan layanan untuk penyakit umum. “Rumah sakit ini menyediakan total 257 tempat tidur,” kata Nanik.
Nanik menyampaikan bahwa pada tahap awal pembangunan RSUD ini akan difokuskan pada tipe C dan selanjutnya ditingkatkan menjadi tipe B. Hal ini sejalan dengan RSUD Soewandhie dan BDH Surabaya. “Jadi tipe C dulu, lalu baru kita melangkah naik ke tipe B. Untuk RSUD Soewandhie dan BDH sudah tipe B,” tambah Nanik.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Surabaya, Adi Sutarwijono, menilai langkah pembangunan RSUD Surabaya Timur sebagai bagian dari keberhasilan Eri Cahyadi dan Armuji dalam tata kelola pembangunan berkelanjutan, terutama dalam memperluas akses kesehatan.
“Masyarakat kini semakin dimudahkan, cukup menunjukkan KTP untuk mendapatkan layanan kesehatan,” ujar Adi.
Selain RSUD Surabaya Timur, Adi mengungkap, bahwa pada tahun 2025, Pemkot Surabaya juga berencana membangun rumah sakit di wilayah Surabaya Selatan. Dengan demikian, pemerintah kota segera punya empat rumah sakit termasuk RSUD Soewandhie dan RSUD BDH.
“Ini bakal mengatasi sejumlah hambatan dalam pelayanan kesehatan karena mengurangi tumpukan pasien,” ungkap Adi.
Di tempat terpisah, Anggota DPRD Kota Surabaya, dr Akmarawita Kadir memberikan sejumlah catatan sebelum RSUD Surabaya Timur beroperasi secara penuh. Dalam mengoperasikan rumah sakit itu, sifatnya harus bertahap dan tidak bisa secara serta-merta langsung naik kelas ke jenjang yang tinggi.
“Jadi untuk pembuatan rumah sakit, bahkan jenjangnya juga tidak bisa langsung. Jadi kita harus dari tipe C dulu, kemudian tipe B. Sebenarnya, prinsipnya tidak mengganggu pelayanan kesehatan di kota Surabaya. Malah membantu intinya,” kata Akmarawita kepada wartawan di Surabaya pada Selasa (17/9/2024).
Politisi Partai Golkar ini juga bilang, bahwa prioritas awal dari operasional RSUD Surabaya Timur tersebut adalah pelayanan rawat jalan dengan para dokter dan tenaga medis yang diberdayakan dari sejumlah puskesmas atau rumah sakit lain milik Pemkot Surabaya.
“Saya harapkan dengan adanya rumah sakit yang akan dibuka di wilayah Surabaya Timur ini secepat mungkin secara optimal itu harus sudah siap SDM-nya. Baik dokter, perawat maupun peralatan-peralatan, hingga fasilitasnya,” ujar dia.
Selain itu, dr Akmarawita menyebut, RSUD Surabaya Timur juga harus dilengkapi dengan ruang rawat inap standar. Sehingga masyarakat nanti tidak perlu antre panjang ketika berobat. Di samping itu, ia juga meminta Dinkes mengoptimalkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk keperluan dan kepentingan masyarakat luas.
“Adanya rumah sakit Surabaya Timur ini mampu mengurangi antrean yang biasanya menumpuk di faskes kelas 3, di rumah sakit yang dimiliki oleh Pemkot Surabaya. Jadi ini bisa memecah antrean sehingga pelayanan kesehatan itu lebih optimal lagi,” tandasnya. (S. Wanto)