Jakarta,mediakorannusantara.com – Dalam kurun waktu 2012-2019, tercatat, pada 2017 menjadi kasus kematian tertinggi jemaah haji indonesia. Pada tahun tersebut kematian mencapai 645 kasus, yang dilatarbelakangi oleh cuaca panas yang ekstrim.
Hal tersebut disampaikan Kepala Pusat Kesehatan Haji, Budi Sylvana, melalui keterangan resmi, Sabtu (28/5/2022).
Untuk itu Budi meminta semua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Bidang Kesehatan untuk waspada dan terus melakukan edukasi kesehatan dari sebelum keberangkatan jemaah haji.
“Jangan sampai kejadian di Tahun 2017 terulang, kematian melonjak tajam karena suhu sangat tinggi. Edukasi dan promosi kesehatan (promkes) menjadi penting dan vital fungsinya,” kata Budi.
Upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi cuaca ekstrim harus dimiliki oleh setiap tim yang bertugas. Tim sanitasi diminta menyiapkan early warning system siaga 1-3 termasuk himbauan yang harus dilakukan oleh semua Tenaga Kesehatan Haji dan Jemaah Haji.
Tim Promosi kesehatan diminta terus melakukan edukasi khususnya cara cara pencegahan penyakit akibat cuaca panas, jangan sampai jemaah tidak menyadari sudah masuk dalam tahapan heat exhausted.
Tim logistik diminta memastikan cairan infus harus tersedia di setiap kloter dan sektor, sehingga tindakan emergency dapat segera dilakukan saat dibutuhkan.
Khusus kepada Emergency Medical Team diminta untuk bisa mengenali tanda awal sengatan panas pada jemaah, agar dapat dilakukan tindakan emergency yang cepat dan tepat.
“Keberangkatan jemaah sudah semakin dekat, untuk itu agar kita (Petugas) mempersiapkan diri dengan baik untuk antisipasi suhu yang tinggi saat ini,” kata Budi.(wan/inf)