Jakarta, mediakorannusantara.com  – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto menyampaikan pemerintah menyiapkan ekosistem pembiayaan yang terintegrasi guna mendorong usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) naik kelas.

“Saat ini kita berorientasi kepada sektor produktif agar penyaluran pembiayaan UMKM berjalan lebih optimal. Diharapkan ekosistem pembiayaan yang terintegrasi mulai dari program bantuan sosial sampai bantuan komersial keuangan bisa mendorong UMKM segera naik kelas,” kata Menko Airlangga dalam acara Kajian Buku Pembiayaan UMKM di Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat melalui keterangan resmi di Jakarta, Kamis.24/8

Menurutnya, saat ini ekosistem pembiayaan perlu diintegrasikan baik di hulu maupun hilir. Menko Airlangga berharap ekosistem pembiayaan yang terintergasi mulai dari program bantuan sosial sampai pembiayaan komersial lembaga keuangan mampu menolong lebih banyak UMKM untuk naik kelas hingga mengekspor produknya.

Hingga saat ini, pemerintah telah mengeluarkan berbagai bentuk pembiayaan, mulai dari ultra mikro sampai level usaha menengah. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu bentuk dukungan pembiayaan UMKM dengan bunga murah dan persyaratan mudah.

Selain itu, pembiayaan ultra mikro juga dilakukan menggunakan pendanaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dana bergulir serta pembiayaan syariah serta disalurkan melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

Adapun UMKM telah menjadi pilar penting pembangunan ekonomi Indonesia. Sektor tersebut hingga saat ini terus didorong agar dapat naik kelas, sehingga bisa memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian, serta menyerap tenaga kerja lebih banyak.

Lebih lanjut, Menko Airlangga mengatakan sektor UMKM memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61 persen, atau senilai Rp9.580 triliun. Bahkan kontribusi UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai sebesar 97 persen dari total tenaga kerja.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM), Indonesia saat ini mempunyai 65,5 juta UMKM yang jumlahnya mencapai 99 persen dari keseluruhan unit usaha.

“Di setiap periode krisis, UMKM menjadi bantalan ataupun buffer yang bersifat resilien dan bisa pulih dengan kecepatan yang baik. Oleh karena itu, pengembangan UMKM merupakan kondisi yang harus dipertahankan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi,” ujarnya.

Oleh karena itu, UMKM dipacu untuk bangkit hingga menembus pasar global di masa mendatang, bahkan supaya partisipasi UMKM meningkat dalam rantai pasok global atau global value chain. ( wan/an)