“Panas bumi dapat menjadi baseload (beban dasar) karena tidak menghadapi masalah intermitensi (tidak stabil). Selain itu, kita punya cadangan panas bumi cukup besar, sekitar 23,7 giga watt (GW),” ujar Komaidi Notonegoro.
Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2021-2030, Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 23,965 GW. Potensi terbesarnya ada di Pulau Sumatera, yakni sebesar 9,679 GW.
Sedangkan di Pulau Jawa, potensi panas bumi sebesar 8,107 GW.
Dalam RUPTL PLN 2021-2030, pembangkit EBT mencapai 20,9 GW (51 persen), lebih tinggi dari energi fosil sebesar 19,7 GW. Dari 20,9 GW itu, 10,4 GW dari PLTA dan 3,4 GW dari panas bumi.
“Saya kira justru ada potensi panas bumi untuk dapat ditingkatkan besaran targetnya,” ujarnya.
Komaidi mengatakan, meskipun panas bumi memiliki cadangan besar, tidak mudah untuk memonetisasinya.
“Salah satu upaya yang dapat dilakukan memberikan ruang agar pengembang bisa menjual listrik selain kepada PLN. Jika hal tersebut dapat dilakukan saya kira pengembangan EBT tidak hanya bergantung pada PLN,“ urainya.
Sementara itu, Wiluyo Kusdwiharto, Direktur Mega Proyek dan EBT PLN, mengatakan pembangunan pembangkit EBT sangat menantang bagi PLN.
“Sesuai prediksi kami, ke depannya akan tumbuh signifikan sehingga dapat mengakselerasikan pembangunan pembangkit renewable baru,” ujar Wiluyo.
Menurut Wiluyo, panas bumi mendapatkan prioritas kedua untuk dikembangkan setelah PLTA.
“Tahun 2030 pembangkitan renewable bisa meningkat 28 GW. Pembangunan geothermal kami alokasikan 3,4 GW. Butuh biaya yang sangat tinggi untuk bangun pembangkit sampai 2060. Kami buka pintu bagi pihak swasta untuk bangun bersama pembangkit-pembangkit renewable,” ujarnya.
Sebelumnya, masa depan energi panas bumi di Indonesia diyakini cukup cerah di tengah transisi menuju energi baru terbarukan (EBT) yang masif saat ini, apalagi sifat panas bumi yang bersih, aman dari sisi pasokan, dan harga cukup terjangkau menjadi salah satu alternatif terbaik bagi Indonesia.
“Indonesia juga dituntut untuk melakukan peralihan menuju energi bersih,” kata Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) ,Rachmat Hidayat, di Jakarta, Jumat (10/7/2022).
Saat ini, Indonesia merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi panas bumi di Indonesia mencapai 23,7 GW. Dengan kapasitas pembangkit listrik panas bumi (PLTP) sebesar 2.276 MW, pemanfaatan panas bumi di Indonesia juga menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat (wan/inf)