KORAN NUSANTARA
indeks Surabaya

NIIC Independen : PT KAI Tak Pernah Bertindak Represif Terhadap Warga Kalimas

Surabaya (KN) – Tudingan warga kalimas bahwa PT KAI Daop 8 telah melakukan penggusuran secara paksa terhadap 21 rumah milik warga dibantah oleh NIIC Independent selaku kuasa PT KAI. Pimpinan Nasional NIIC Independent, Indra Este Oezary menyatakan, selama ini PT KAI tidak pernah bertindak represif terhadap warga. “Pihak KAI tidak pernah melakukan penggusuran, pembongkaran secara paksa, warga membongkar sendiri bangunanya sesuai kesepakatan. itu murni dilakukan oleh pemilik rumah sendiri,” tegas Indra Este Oezary, Minggu (30/9).

Menurut Indra Este Oezary, dalam kasus sengketa lahan antara PT KAI dengan warga sebenarnya salah satu perusahaan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Sebab PT KAI hanya berniat mengambil tanah mereka yang saat ini di atasnya didirikan rumah oleh warga.

“Ini lahan PT KAI dan kami juga melakukan sosialisasi sebelumnya, jadi tidak benar jika kami tidak memberitahu pada warga,” terang Indra, sapaan Indra Este Oezary.
Oleh karena itu, dirinya mensinyalir ada pihak pihak tertentu yang menunggangi warga. Terbukti dengan maraknya berita yang memojokan PT KAI.

Menurut Indra, berdasarkan SK Direksi, PT KAI telah mengeluarkan kebijakan untuk memeberikan ganti rugi kepada warga yang menempati lahan daerah kereta api (DKA) bahwa nilai harga ganti rugi pembebasan Rp250 ribu per meter persegi untuk bangunan permanen. Namun, khusus warga Kalimas Surabaya, PT KAI memberikan toleransi dengan menaikkan 100 persen menjadi Rp500 ribu per meter persegi.

“Saya pastikan kabar itu tidak benar. Untuk tali asih permeternya memang kami hargai Rp250 ribu per meter persegi, tapi dengan alasan kemanusian angka itu kami tingkatkan menjadi Rp 500.000 per meter persegi atau meningkat 100 persen. Jika selama ini kami dianggap hanya mengganti 3 sampai 5 juta untuk satu unit rumah warga itu bohong,” ungkapnya.

Berdasarkan nominal yang tercatat di Bank BNI, nominal terendah dari tali asih yang diterima warga Kalimas adalah Rp 8 juta. Para penghuni 21 rumah tersebut ada yang menerima berkisar Rp30 juta hingga Rp70 juta lebih.

“Selain tali asih kami juga pernah menawarkan penampungan bagi warga di rusun, tapi untuk saat ini untuk 21 rumah itu sudah clear. Kita punya kesepakatan dengan warga dan ada buktinya,” ungkapnya.

Disinggung terkait 9 rumah yang masih menjadi perdebatan alot antara warga, PT Pelindo III dan PT KAI saat ini masih menjadi bahasan di Komisi A DPRD Surabaya, Indra menerangkan sebenarnya permasalahan tersebut sudah hampir selesai.

Namun akibat adanya intervensi yang dilakukan beberapa LSM terhadap warga, kesepakatan yang sebenarnya hampir tercapai itu akhirnya menjadi tidak jelas.
“Warga penghuni 9 rumah itu diarahkan oleh oknum tertentu agar dimasukan dalam kawasan lahan milik PT Pelindo III seluas 9,3 hektar. Padahal, 9 rumah warga itu masuk wilayah PT KAI dengan luas 1.2 hektar. Lalu apa maksudnya mereka menyeret warga ke lahan Pelindo?, ini kan ngawur !,” tandas Indra.

Bahkan, lanjut Indra, berdasarkan undangan resmi yang disampaikan kepada warga melaui LSM yang mewakilih pada tanggal 3 September lalu yang dilangsungkan di Kantor DAOP VII tidak satupun dari undangan yang hadir. Begitu juga dengan pendekatan secara musyawarah yang difasilitasi oleh sejumlah LSM hingga kini juga belum menemukan titik temu.

“Saya tidak bertanggun jawab jika PT KAI mengeluarkan ketegasan penggusuran paksa dan warga tidak mendapat ganti rugi. Apakan mereka yang selama ini menunggai warga berani memberi jaminan. Sampai sekarang tidak ada yang bisa menjawab,”ujarnya

“Kabarnya Santoso (Ketua RW, red) yang memprofokasi terhadap warga pemilik 9 rumah itu, padahal secara kasat mata dapat dilihat bila pemilik 9 rumah itu hanya dijadikan sapi perahan oleh mereka,” kata Indra.

Sebelumnya, Kepala KAI DAOP 8 Bambang juga membantah bila dalam penertiban ini pihaknya bertindak kasar kepada warga. Menurutnya, jika pihaknya bertindak represif kepada warga tentu justru akan menjadi bomerang bagi dirinya. “Jika KAI yang main kekerasan ya kami yang kalah mas, lihat saja mereka selama ini betapa beringsanya,” ujarnya. (anto)

 

Foto : Indra Este Oezary

Related posts

Bentuk Mental dan Ahlak Prajurit, Armed 12/Divif 2 Kostrad Bangun Mushola di Barak Remaja

kornus

Menteri PANRB Akan Mundur Kalau Ikutan Main Dalam Penerimaan CPNS

kornus

Akhir Mei Pendaftaran CPNS dan PPPK Dibuka, Gubernur Jatim Ajak Masyarakat Cermati Formasi dan Ketentuannya

kornus