KORAN NUSANTARA
Headline indeks Lapsus

Membedah Kantong Suara di Pilgub Jatim, Pakde Karwo Optimis Menangi Pilgub Satu Putaran

cagub-Jatim-2013Surabaya (KN) – Pelaksanaan Pilgub Jatim 2013 tinggal menghitung hari. Kurang beberapa hari lagi, tepatnya tanggal 29 Agustus, seluruh warga Jatim akan menyalurkan hak pilihnya melalui bilik suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) di masing-masing wilayahnya pada Kamis Kliwon 29 Agustus 2013. Bahkan masa kampanye pasangan Cagub dan Cawagub juga sudah berlangsung sejak 13-24 Agustus 2013.Tentu saja, setiap pasangan menawarkan program unggulannya kepada masyarakat di tempatnya kampanye, dengan harapan akan mendapat simpati dan dukungan dari warga.

Kantong-kantong suara yang sudah dipetakan masing-masing tim sukses setiap pasangan, sudah sejak awal didekati. Setiap pasangan tak ingin kantong suara itu berubah haluan mendukung pasangan lain.

Lihat saja pasangan Soekarwo dan Saifullah Yusuf (Pakde Karwo dan Gus Ipul). Pasangan nomor urut 1 ini diklaim didukung 31 partai baik parlemen dan non-parlemen. Entah itu dukungannya murni atau sekadar mencari keuntungan saja. Pakde Karwo disebut-sebut memiliki kekuatan di basis kota besar, seperti Surabaya, Gresik, Malang, Sidoarjo dan Mojokerto. Di tempat asalnya, Madiun nama Soekarwo jelas sudah dikenal.

Bahkan pada Pilgub sebelumnya, bersama Sekdaprov Rasiyo (dulu Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan kini Plt Gubernur Jatim) mampu mendongkrak perolehan suaranya di tempat tersebut. Karena ada hal yang ‘diistimewakan’ pada daerah basis suaranya tersebut.

Belum lagi Gus Ipul yang notabene besar di Jombang, bisa jadi pemilih dari kalangan Nahdliyin mengarah pada sosok ini. Namun belakangan dikabarkan jika kaum Nahdliyin jadi rebutan Gus Ipul dan pasangan lain, Khofifah Indar Parawansa dan Herman Suryadi Sumawiredja.

Kabarnya, pasangan Pakde Karwo dan Gus Ipul akan kembali sulit masuk ke Pulau Madura untuk merebut simpati warganya. Ini terbukti pada Pilgub sebelumnya, dimana pemilih di tempat itu cenderung mengalihkan suaranya ke Khofifah. Nampaknya hal ini akan jadi rebutan lagi.

Pasangan nomor urut 1 jelas harus berjibaku mendulang suara-suaranya di tempat yang jadi rebutan pasangan lain. Namun ada keuntungan pada pasangan ini karena jabatannya sebagai gubernur dan wakil gubernur. Kala pasangan lain belum beraksi atau melakukan kampanye, seluruh daerah Jatim sudah dijamah pasangan ini dengan tugas pemerintahannya. Artinya, kesempatan kampanye pasangan ini lebih besar dari pasangan lain, karena dengan dalih tugas pemerintahan itu mampu memerkenalkan mereka ke warga di pelosok Jatim.

Bahkan Pakde Karwo yang kembali berpasangan dengan Gus Ipul itu optimis memenangi Pemilihan Gubernur 29 Agustus mendatang hanya dengan 1 putaran. Hanya saja calon incumbent ini menolak memberikan target perolehan suara dalam Pilgub Jatim tersebut.
Keyakinan itu, lanjut Pakde Karwo, didasari kenyataan di lapangan. Yakni masih tingginya dukungan masyarakat. Dia pun menggambarkan rangkaian kampanyenya dengan istilah meraba-raba. Dalam proses itu, KarSa merasakan masih ada dukungan dan simpati pemilih cukup besar.

Untuk pasangan nomor urut 2 Eggy Sudjana – M Sihat. Pasangan ini disebut-sebut sebagai pasangan bayangan yang ‘berafiliasi’ dengan Pakde Karwo-gus Ipul. Pasangan ini disebut-sebut sebagai pemecah suara dalam Pilgub Jatim agar perolehan suara terbagi hingga pasangan incumbent bisa mendapat suara lebih besar.

Sihat yang juga mantan camat di Surabaya, lebih dikenal masyarakat di kawasan Sukomanunggal Surabaya. Sepak terjangnya dalam dunia politik juga tak pernah ada.

Berbeda dengan Eggy Sudjana yang menjadi advokat nasional. Namun namanya lebih dikenal di kota besar yang notabene masyarakatnya lebih suka akan informasi.

Begitu juga dengan kiprahnya di pemerintahan, Eggy Sudjana memang tak memiliki dasar apapun. Namun pasangan ini tetap gencar melakukan kampanyenya ke daerah-daerah di Jatim. Tapi bisa dikatakan, pasangan ini tak memiliki basis suara yang jelas. Melalui jalur independen, pasangan ini berharap mendapat dukungan dari warga yang menginginkan perubahan atas terkungkungnya dari cengkraman partai politik.

Pasangan ini pun selalu mengkampanyekan jika semua sudah tahu pola pemimpin saat ini yang berada di bawah ketiak partai politik. Hanya kader partai politik itulah yang biasanya ‘dimanjakan’ pemimpinnya, ini yang selalu digaungkan pasangan ini.

Sementara pasangan nomor urut 3, Bambang Dwi Hartono-Said Abdullah, merupakan pasangan dari partai yang memiliki akar rumput jelas. Walau didukung satu partai, pasangan ini yakin mampu meraup suara di basis massanya. PDI Perjuangan memiliki kekuatan di kawasan abangan seperti Madiun, Ngawi, Banyuwangi dan lainnya. Bahkan pasangan ini sudah jauh hari menegaskan akan memasuki kantong suara yang tidak direbut pasangan nomor urut 1.

Bambang DH yang merupakan kader PDI Perjuangan bisa memanfaatkan Madiun, selain kota-kota besar seperti Surabaya, Malang, Sidoarjo, Gresik, Kediri, Blitar, sebagai lumbung suaranya.

Berkaca pada Pemilu, dimana Megawati pernah jadi ‘bahan pesakitan’ penguasa saat itu, justru mampu meraih simpati warga. Hal ini juga yang akan dilakukan Bambang DH dengan dalih jika mereka pasangan yang dianaktirikan, karena penguasa atau pasangan incumbent adalah segala-galanya.

“Partai sudah menginstruksikan seluruh kader akar rumputnya untuk memenangkan pasangan ini. Kita berharap, massa PDI Perjuangan di tingkat bawah solid dan mendukung Bambang-Said. Kita memang mengarahkan kampanye pasangan ini di kawasan yang belum dijamah pasangan lain. Tujuannya juga untuk mengenalkan sosok Bambang-Said. Berbeda dengan kota besar yang sudah akrab dengan Bambang DH,” ujar Adi Sutarwiyono, salah satu tim pemenangan Bambang-Said.

Sementara Said Abdullah putra Madura, disebut-sebut juga memiliki kekuatan di Pulau Garam tersebut. Said yang anggota DPR RI ini memiliki kekuatan di basis massa Madura dan tapal kuda.

Pasangan terakhir atau pasangan nomor urut 4, Khofifah-Herman adalah pasangan yang selama ini jelas-jelas ‘disakiti’ incumbent. Pasangan ini dianggap sebagai rival berat pasangan nomor urut 1. Pasangan ini akan mengulang Pilgub sebelumnya dengan merebut suara di Madura, tapal kuda (Situbondo, Bondowoso, Jember, Pasuruan dan Probolinggo). Pasangan ini hanya didukung satu partai parlemen, PKB.

Pasangan ini juga berusaha merebut hati Nahdliyin. Apalagi mantan Ketua NU, KH Hasyim Muzadi sudah mengintruksikan kalau NU harus menang, yakni dengan mendukung Khofifah-Herman.

Belum lagi kekuatan dari Herman yang mantan Kapolda Jatim saat Pilgub 2008 lalu. Herman memiliki kekuatan di kawasan kulonan, seperti Madiun, Ngawi, Nganjuk dan sekitarnya. Apalagi selama menjadi Kapolda Jatim, Herman dikenal tak neko-neko, Herman lebih dicap sebagai pejabat yang bersih.

Setiap pasangan yang bersaing di Pilgub Jatim 2013 memang mengklaim memiliki pendukung masing-masing. Namun semua itu hanya bisa dibuktikan melalui Pilgub 29 Agustus 2013.

Semua pelaksanaan Pilgub Jatim itu ingin bersih atau kotor, tergantung setiap pasangan dan tim pemenangannya. Dan tak ditampik kalau politik uang pun akan marak dalam pesta demokrasi di Jatim tersebut.

Marilah kita memberikan pendidikan politik yang benar pada masyarakat dan salurkan suara kita berdasarkan hati nurani, bukan karena kompensasi yang diterima. (red)

 

Foto : Empat pasangan calon gubernur Jatim 2013

Related posts

RSUD Tulungagung dinobatkan jadi RS terbaik kategori IHF/Bionexo Excellence Award for Corporate Social Responsibility

Peringati Hari Jadi Ke-72, Jatim Kembali Raih Penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha

kornus

Surabaya Jadi Tuan Rumah Pameran Infrastruktur dan Forum Smart City Nasional 2023

kornus