Surabaya,mediakorannusantara.com – Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) VIII mengimbau pemudik libur Natal dan Tahun baru (Nataru) yang menggunakan jalan nasional di Jatim, mewaspadai jalur rawan longsor dan rawan banjir
Kepala BBPJN VIII Surabaya, Achmad Subki ditemui di kantornya, Rabu (18/12) mengatakan ada 12 titik ruas jalan nasional yang rawan longsor dan 21 titik yang rawan banjir.
Sejumlah wilayah rawan longsor di antaranya di Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Ngawi, Lumajang, Situbondo, dan Banyuwangi. BBPJN VIII, kata Subki, sudah menyiapkan antisipasi. “Kalau rawan longsor itu rata-rata di Lintas Selatan. Sudah kami antisipasi. Ada 10 posko yang siap gerak cepat menangani dengan peralatan DRU (disaster relief unit),” katanya.
Selain itu, kata Subki, titik rawan longsor yang juga diwaspadai BBPJN VIII selama libur Nataru juga ada di Kali Kemitir Jember, serta ruas jalan nasional antara Ponorogo-Trenggalek.
Sementara titik rawan banjir yang diantisipasi BBPJN VIII di antaranya di Kabupaten Pasuruan, Sidoarjo, Kota Surabaya, Babat, Lamongan, dan delapan titik di ruas Pantura Pulau Madura. “Kami sudah siapkan pompa. Banjirnya juga tidak terlalu lama, karena sudah ada mitigasi normalisasi saluran. Tapi kami ingatkan pengguna jalan di libur Nataru tetap waspada saat hujan,” ujarnya.
Selain bencana, ada beberapa titik jalan nasional di Jatim yang rawan kecelakaan. Salah satu yang menjadi perhatian Subki adalah adalah jalur Tuban-Babat, Lamongan. Dia mengklaim, ruas jalan sepanjang 17 kilometer, yang belakangan direvitalisasi, itu dia perkirakan sudah tuntas proses betonisasi (rigid). Tinggal penuntasan pengerjaan saluran.
BBPJN VIII, menurutnya, sudah menyiapkan antisipasi dengan memasang sejumlah rambu di ruas jalan itu. BBPJN juga sudah berkoordinasi dengan kepolisian dan Dinas Perhubungan dalam melakukan antisipasi.
Dia mengimbau pengguna jalan pada masa libur Nataru ini tetap waspada. “Mohon lebih waspada, karena kecelakaan di jalan raya, termasuk jalan nasional, bukan karena kondisi jalan, tapi kelalaian,” katanya.
Menurutnya, berdasarkan survei yang ada, ada tiga faktor penyebab kecelakaan di jalan raya. Pertama faktor kelalaian pengguna jalan, kedua kondisi jalan, dan ketiga faktor kendaraan yang digunakan. “Kecelakaan yang terjadi menurut survei kemarin, cuma 3 persen karena kondisi jalan. Yang terbesar karena kelalaian pengguna jalan. 20 persen lainnya karena kendaraan yang tidak layak,” ujarnya.
Dia mengilustrasikan bus yang sudah tua, yang seharusnya hanya mampu memuat 20 orang tetapi diisi lebih dari kapasitasnya. Begitu ada jalan landai, bus itu tidak mampu mengerem. “Jadi bisa blong saja begitu. Karena dipaksa mengangkut 50 orang, misalnya. Padahal mampunya cuma 20 orang,” ujarnya.
Dia juga meminta masyarakat, terutama pengguna sepeda motor, mewaspadai jalur-jalur perlintasan kereta api. Di musim hujan seperti sekarang, perlintasan sebidang itu cenderung licin dan rawan kecelakaan.
Adapun ruas jalan nasional di Jawa Timur yang dilintasi rel kereta api sebanyak 65 titik. Di antaranya 55 titik perlintasan sebidang dan 10 titik perlintasan tidak sebidang, tersebar di berbagai wilayah.
Jalan nasional lintas utara Jatim punya 14 jalan dengan perlintasan sebidang dan 3 lintasan tidak sebidang, jalan lintas tengah Jatim punya 11 lintasan sebidang dan 2 lintasan tidak sebidang.
Selain itu, jalan nasional lintas selatan Jatim punya 15 lintasan sebidang dan 3 lintasan tidak sebidang. Sedangkan sejumlah jalan nasional penghubung lintas provinsi punya 15 lintasan sebidang dan 2 tak sebidang. “Di jalan dengan lintasan sebidang, sekarang ini hanya delapan yang sudah dilengkapi fly over. Jadi, saat melintasi titik-titik itu kami harap pengguna jalan lebih berhati-hati,”pungkasnya. (jn/wan)