Surabaya (KN) – Naiknya harga cabe rawit 40 persen dari Rp 17.300/kg di bulan Februari menjadi Rp 28.450/kg, pada Maret 2012 Jatim mengalami inflasi 0,08 persen. Sementara inflasi nasional pada Maret 0.07 persen.Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Irlan Indrocahyo SE MSi di kantornya Jl Kendangsari Industri Surabaya, Senin (2/4) mengatakan, selain disumbang naiknya harga cabe rawit, inflasi Jatim pada Maret 2012 juga karena naiknya harga komoditas cabe merah besar sekitar 29 persen dari 13.000/kg menjadi Rp 19.000/kg.
Kemudian inflasi pada Maret 2012 juga didorong naiknya harga jagung muda 12 persen dari Rp 16.000/kg menjadi Rp 19.000/kg, gula pasir naik 2,32 persen dari Rp 10.000/kg menjadi Rp 10.400/kg, bawang putih naik 10 persen dari Rp 9.000/kg menjdi Rp 11.500/kg dan rokok filter rata-rata naik 0,03 persen atau Rp 30/batang. Selain itu inflasi Jatim pada Maret 2012 juga disumbang naiknya harga ikan tongkol. Ikan pindang, ikan bandeng, dan buah papaya.
Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya deflasi pada Maret 2012 adalah turunya harga beras IR 64 rata 2 persen dari Rp 8.400/kg turun menjadi Rp 8.250/kg. Kemudian daging ayam ras turun 5-7 persen dari Rp 23.000/kg menjadi Rp 22.000/kg, telur ayam ras turun 5 persen dari Rp 16.000/kg menjadi Rp 14.500/kg. Tomat sayur turun 18 persen dari Rp 6.500/kg menjadi Rp 5.500/kg, emas perhiasan 70 persen turun 1 persen dari Rp 357.000/gram menjadi Rp 356.000/gram. Selain itu deflasi pada Maret 2012 karena turunya harga sayur ketimun, bawang merah, kentang, apel, dan wortel.
Menurut Irlan, dari 7 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim, 6 kota mengalami inflasi dan 1 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jember 0,29 persen. Diikuti oleh Madiun 0,22 persen, Sumenep 0,12 persen, Surabaya 0,09 persen, Kediri 0,04 persen, dan inflasi terendah terjadi di Malang 0,01 persen, sedangkan deflasi terjadi di Probolinggo 0,35 persen.
Inflasi Jawa Timur pada Maret 2012 terjadi karena sebagian besar kelompok pengeluaran naik harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok makanan jadi. Kemudian minuman, rokok dan tembakau 0,42 persen, kelompok transportasi -komunikasi-jasa/keuangan 0,24 persen, kelompok perumahan persen dan kelompok kesehatan masing-masing 0,11 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,02 persen. Sementara itu kelompok sandang mengalami deflasi 0,32 persen, dan kelompok bahan makanan 0,20 persen.
Dari 6 ibukota provinsi di Pulau Jawa yang menghitung inflasi, 5 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Yogyakarta 0,36 persen, diikuti oleh Semarang 0,33 persen, Jakarta 0,18 persen, Surabaya 0,09 persen, dan inflasi terendah terjadi di Bandung 0,06 persen. Sedangkan ibukota Provinsi di Pulau Jawa yang mengalami deflasi terjadi di Serang 0,33 persen.
Dari 66 kota IHK nasional, 34 kota mengalami inflasi dan 32 kota lainnya mengalami deflasi. Lima kota yang mengalami inflasi tertinggi terjadi di Ambon 1,33 persen, diikuti oleh Manado 1,12 persen, Lhok Seumawe 0,55 persen, Jambi 0,52 persen, dan Sampit 0,46 persen. Sedangkan lima kota yang mengalami deflasi tertinggi terjadi di Jayapura 1,44 persen, dikuti oleh Gorontalo 0,57 persen, Mataram 0,51 persen, Sukabumi 0,47 dan Bima 0,45 persen.
Laju inflasi tahun kalender (Januari-Maret 2012) Jatim mencapai 0,69 persen, sedangkan laju inflasi year on year (Maret 2012 terhadap Maret 2011) Jatim sebesar 3,97 persen.(red)