Surabaya (mediakorannusantara.com) – Sebagai World Class University, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah banyak menjalin kerja sama dengan berbagai negara di dunia salah satunya dengan Republik Rakyat China (RRC). Guna memperkuat kerja sama tersebut, delegasi Kedutaan Besar (Kedubes) RRC di Indonesia mengunjungi ITS untuk lebih menjajaki perluasan kolaborasi dalam sektor ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (iptekin), Kamis (8/6).
Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng IPU AEng dalam sambutannya mengungkapkan komitmen ITS terhadap pengembangan iptekin melalui pembangunan Science Techno Park (STP). STP ITS tersebut bertujuan untuk menjadi pusat inovasi dan kolaborasi yang mampu menghubungkan antara akademisi, peneliti, dan industri. “Dengan begitu akan mendorong pengembangan teknologi yang inovatif dan berdampak positif,” tandasnya optimistis.
Di sisi lain, rektor yang kerap disapa Ashari ini melihat bahwa RRC memiliki kekayaan riset yang banyak berfokus pada bidang iptekin. Hal ini memberikan peluang besar bagi ITS untuk melakukan perluasan kerja sama dan saling memanfaatkan keahlian dan penelitian yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak. “Kerja sama dalam bidang riset dan inovasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kemajuan teknologi dan pembangunan berkelanjutan,” tutur guru besar Teknik Elektro tersebut.
Kerja sama dengan RRC ini bukanlah kali pertama, karena ITS sendiri telah memiliki nota kesepahaman dengan berbagai universitas di RRC dalam hal penelitian bersama serta mobilitas mahasiswa dan dosen. Selain itu, ITS juga tergabung dalam beberapa konsorsium yang melibatkan RRC seperti ACNET-EngTech, Smart Ocean, dan Belt and Road Architectural University International Consortium (BRAUIC). “Kami juga telah menjalin kolaborasi bersama dua industri besar milik RRC, yaitu Huawei dan ZTE,” imbuh Ashari.
Lebih lanjut, ITS akan menggelar beberapa program yang melibatkan RRC pada tahun ini. Program Commtech Nusantara pada bulan Januari lalu berhasil melibatkan 11 mahasiswa dari Harbin Institute of Technology (HIT) dan Dalian University of Technology (DUT). Selain itu, program Project-Based Learning dengan KONE dan BRAUIC akan berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus. Bahkan pada November mendatang, ITS juga akan menjadi tuan rumah BRAUIC Presidential Forum.
Melalui forum diskusi yang telah berlangsung, penjajakan perluasan kerja sama kali ini bertujuan untuk memperkuat transfer teknologi dari universitas, pusat penelitian, dan industri di RRC ke Laboratorium ITS. Selain itu, kerja sama penelitian bersama dan proyek inovasi antara universitas, pusat penelitian, dan industri di China dengan ITS dan EPI-Unet (Eastern Part of Indonesia University Network) juga menjadi fokus kolaborasi.
Counsellor for Cultural Affairs Kedubes RRC di Indonesia Yifanping yang turut hadir dalam forum diskusi, menyambut baik upaya perluasan kerja sama ini dan berharap dapat segera ditindaklanjuti. Ia juga menyebutkan bahwa Kedubes RRC siap mendukung dan memfasilitasi pengiriman mahasiswa, dosen, dan staf ITS ke universitas, pusat penelitian, dan industri di China.
Dengan adanya kerja sama yang semakin erat antara ITS dan RRC, Ashari berharap kolaborasi dalam bidang iptekin akan semakin meningkat. “Semoga hal ini diharapkan memberikan manfaat yang besar bagi kedua belah pihak (ITS dan RRC) serta berkontribusi dalam kemajuan teknologi dan inovasi di Indonesia,” pungkas Ashari mengharapkan. (jack)