Surabaya (MediaKoranNusantara.com) – Kualitas paving yang dihasilkan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) kelompok padat karya di Kota Surabaya rupanya melebihi ekspektasi yang ditargetkan. Sebab, produksi paving yang dihasilkan mereka rata-rata di atas K300.
Kepala Bidang (Kabid) Jalan dan Jembatan Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya Adi Gunita mengatakan, bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sebelumnya telah memberikan pelatihan padat karya pembuatan paving kepada MBR. Program padat karya ini sebagaimana instruksi dari Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
“Untuk mutu paving sebenarnya yang kita target adalah minimal K175, tapi dalam faktanya yang dihasilkan teman-teman MBR itu lebih tinggi dari yang kita tetapkan. Kita sudah melakukan uji di ITS dan sudah keluar, rata-rata (di atas) K300,” kata Adi Gunita di kantornya, Jumat (23/9/2022).
Menurut Adi, secara campuran dan komposisi, memang untuk mutu paving yang akan dihasilkan adalah minimal K175. Tapi faktanya, produk paving yang dihasilkan MBR justru melebihi ekspektasi dengan rata-rata di atas K300. “Pada waktu kita memberikan edukasi, secara campuran sudah sesuai dengan tepat. Jadi memang di luar ekspektasi kita juga hasilnya,” ujarnya.
Meski demikian, pihaknya selalu menekankan kepada kelompok usaha padat karya pembuatan paving agar tidak mengabaikan segi kualitas. Walaupun secara kuantitas, produksi paving yang akan dihasilkan mereka itu nantinya banyak.
“Yang penting kita tekankan mutu agar tetap dijaga. Soalnya terkadang kita genjot secara produksi, akhirnya dari sisi kualitas terabaikan. Itu yang mungkin kontrolnya dari kami kepada teman-teman MBR,” tuturnya.
Adi juga menjelaskan, bahwa kualitas paving K300 tersebut, standar digunakan untuk jalan yang biasa dilintasi oleh kendaraan mobil, pickup, truk kecil dan motor. “Jadi kalau K300 itu seperti di jalan-jalan yang memang bisa dilintasi oleh kendaraan. Dalam hal ini mobil itu bisa,” katanya.
Sementara kualitas paving K175 ini, kata Adi, diperuntukkan bagi jalan yang biasa dilintasi pejalan kaki serta kendaraan roda dua. Artinya, paving kualitas K175 dengan ukuran 10x20x6 sentimeter tersebut, digunakan untuk pembangunan jalan yang memiliki lebar kurang dari 2 meter.
“Rencana hasil produksi (K175) teman-teman ini sebenarnya untuk lebar jalan yang kurang dari 2 meter, atau biasa dilalui pejalan kaki. Tapi dalam prosesnya, mereka bisa menghasilkan rata-rata K300,” jelas Adi.
Dengan melihat kualitas paving yang dihasilkan MBR, pihaknya mengaku optimistis, produk mereka ke depan pemasarannya dapat lebih luas. Artinya, paving yang dihasilkan kelompok usaha padat karya ini ke depan diharapkan tak hanya dipasarkan di lingkungan Pemkot Surabaya. “Bisa jadi dalam jangka panjangnya produksi paving mereka ini tidak hanya dipasarkan di lingkungan Pemkot Surabaya sendiri, tapi bisa jadi ke swasta juga,” tambahnya.
Syaiful Anam (38) adalah salah satu MBR yang tergabung dalam kelompok usaha padat karya pembuatan paving. Warga Jalan Krampung Gang 2 No 16, Kelurahan Ploso, Kecamatan Tambaksari Surabaya tersebut mengaku, taraf hidupnya kini lebih meningkat. “Sebelumnya bekerja ojek online. Lalu buka warung kopi, tapi kena pandemi Covid-19 akhirnya sepi. Dan sekarang ikut padat karya pembuatan paving,” kata Anam, panggilan lekatnya.
Bapak dua anak ini mengaku, awalnya mendapatkan informasi program padat karya dari kecamatan. Ia pun langsung mendaftar untuk mengikuti pelatihan padat karya pembuatan paving yang digelar Pemkot Surabaya.
Selama dua bulan, Anam bersama peserta pelatihan lainnya digembleng. Mulai dari tahapan komposisi bahan, cara kerja mesin press, hingga bagaimana agar mendapatkan kualitas paving yang baik. “Pelatihannya itu hampir 2 bulan sampai kita bisa. Sebelumnya, saya belum pernah mengikuti pelatihan,” cerita Anam.
Pasca dua bulan mengikuti pelatihan, Anam lantas membentuk kelompok usaha pembuatan paving bersama lima rekan lainnya. Mulai dari perizinan usaha, alat press hingga modal untuk pembelian bahan, semuanya difasilitasi oleh pemkot. Bahkan, ia bersama rekan-rekannya juga difasilitasi pemkot untuk BPJS Ketenagakerjaan. “Alhamdulillah, setelah mengikuti padat karya pemkot, taraf hidup saya sekarang meningkat. Dulu istri saya kerja, sekarang di rumah jaga anak,” kata dia.
Dalam sehari, ia bersama rekan-rekannya mampu memproduksi paving rata-rata 40 meter persegi. Paving yang diproduksi ini memiliki ukuran 10x20x6 sentimeter. Dari hasil produksi paving itu, dalam sebulan Anam mendapatkan penghasilan sekitar Rp6 juta. “Sekarang pendapatan Rp6 juta. Alhamdulillah, saya bersyukur bisa kerja di sini (padat karya),” terangnya.
Tak lupa, Anam juga mengucapkan terima kasih kepada Pemkot Surabaya yang telah memberikan lapangan kerja. Ia bersyukur, setelah mengikuti program padat karya pembuatan paving, kini taraf hidup keluarganya lebih meningkat. “Terima kasih kepada pemkot yang telah memberikan kami lapangan pekerjaan. Terutama kepada Pak Wali Kota Eri terima kasih banyak karena telah membantu MBR,” ujarnya.
Anam pun berpesan kepada masyarakat khususnya MBR agar jangan pernah menyerah. Sebab, dengan penuh kesabaran, dia bersama rekan-rekannya akhirnya mampu membuktikan bagaimana memperoleh pendapatan di atas UMK melalui program padat karya.
“Buat teman-teman MBR, yang penting kita harus kerja keras dan sabar. Kalau ingin menuju gaji UMK itu tidak ada yang mudah, harus kerja keras. Fasilitas sudah ada dari pemkot, jadi tinggal kita mau bekerja keras atau tidak,” tandasnya. (jack)