KORAN NUSANTARA
Headline Jatim Surabaya

Ketua PWNU Jatim Serukan Tidak Perlu Boikot Produk Prancis


Surabaya, mediakorannusantara.com –  Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Marzuqi Mustamar menyerukan dan mengajak kaum Nahdliyin, khususnya dan masyarakat umumnya, tidak ikut ikut memboikot produk Prancis.

“Kalau anda mau berangkat umrah, lalu pesawatnya Airbus, masak iya tidak jadi berangkat? Dan pesawat itu produksi Prancis. Apa tidak malu-maluin teriak boikot produk Prancis, ternyata naik pesawat menuju ‘Tanah Haram’,” ujarnya dalam keterangan yang diterima di Surabaya, Senin.9/11

Salah seorang murid KH A Masduqi Machfudz, ulama Kota Malang itu, menyatakan jika benar-benar saling melakukan Muqothoah (boikot), Indonesia memboikot Prancis dan sebaliknya, maka yang rugi Indonesia.

“Kami lebih banyak ekspor ke Prancis daripada impor. Neraca perdagangan Prancis-Indonesia itu, impor hanya 1,9 miliar dolar AS, sementara ekspor Indonesia 2 koma sekian miliar dolar AS,” ucapnya.

Kiai kharismatik itu menambahkan selain pesawat, berbagai macam produk Prancis juga menjadi sumber nafkah dan kebutuhan sehari-hari.

Dia mencontohkan produksi aqua (pabrik) yang berlokasi di Pandaan (Pasuruan Malang, Jawa Timur), kemudian ritel Carrefour yang menampung banyak karyawan muslim.

“Itu (pabrik aqua Pandaan), masjidnya juga besar. Mayoritas karyawannya muslim. Yang namanya Pasuruan, masak karyawannya Kristen. Andai diboikot beneran, aqua berhenti, Carrefour berhenti yang banyak kena PHK juga ya umat muslim,” katanya.

“Lalu nanti karena kita banyak ekspor minyak sawit mentah (CPO), itu saling melakukan embargo, muqothoah sama-sama kita memboikot di sana juga memboikot, maka sawit Indonesia lalu harganya anjlok tidak laku di sana. Yang rugi bukan eksportir tapi petani-petani sawit di Riau sana juga. Riau bangkrut,” tukasnya menambahkan.

Terkait dengan pernyataan kontroversi Presiden Prancis Emmanuel Macron, menurut Kiai Marzuqi sebagai muslim tentu marah, tersinggung karena Nabi dikatakan jelek.

Tapi ia meminta juga harus mengevaluasi, mawas diri dan introspeksi dengan kebaikan dan perlakuan pemerintah Prancis kepada umat muslim yang ramah kepada Islam Ahlusunnah.

“Lebih dari 2.000 masjid tetap berdiri dan aman-aman saja, umat muslim di Prancis masih melakukan ibadah seperti biasa, zikiran aman-aman saja, bebas tanpa intimidasi. Pengungsi dari Suriah ribuan masuk Prancis juga diterima,” tutur-nya.

“Yang membuat Prancis marah itu bukan Islam seperti kita (NU). Yang membuat marah Macron itu semodel ISIS itu. Teroris itu lho. ISIS, teroris, kaum radikal yang membunuh, Faham ya. Jadi yang bermasalah itu islam radikal, bukan islam umum seperti kita ini,” ungkapnya. (an/wan)

Related posts

BKSAP DPR sebut Parlemen Indonesia perlu Tingkatkan Kesetaraan Gender

Kejar Target 2023 Semua Terlayani Air, Wali Kota Resmikan 7 Lokasi Master Meter

kornus

Ketua Bawaslu RI lantik anggota Bawaslu di 28 provinsi