Surabaya (KN) – Ketersediaan sapi potong di Jatim menunjukkan penurunan dalam beberapa hari belakangan. Dimana jumlah sapi dan kerbau di Jatim tahun 2013, menyusut populasinya sampai 1,2 juta ekor.Ketua Peguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim, Muthowif mengatakan, sapi-sapi yang dipotong langsung habis. Artinya, sapi-sapi yang tiap dini hari disembelih untuk konsumsi masyarakat tersebut belum mencukupi ketersediaan sapi untuk dipotong dalam jumlah cukup. Dan memang kondisinya seperti itu. Datang langsung potong. Jadi, tidak ada stock.
“Situasi langka sapi potong ini hampir merata diseluruh Jatim. Contohnya, dua rumah pemotongan hewan (RPH) di Surabaya, Pegirikan dan Kedurus mengalami hal serupa. Kehabisan stok sapi potong,” kata Muthowif.
Muthowif menjelaskan, karena tidak tersedianya stok sapi potong dalam jumlah cukup, memaksa pemotongan sapi berjenis kelamin betina harus dilakukan. Padahal, ketentuan Undang-Undang 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan sudah mengisyaratkan larangan penyembelihan ternak betina dengan ancaman pidana berupa denda serta sanksi kurungan.
“Sudah enam bulan lebih nggak ada yang motong sapi betina. Tapi, sekarang, sapi betina banyak yang dipotong,” ujar Muthowif tanpa menjelaskan secara rinci dengan fenomena larangan tersebut.
Muthowif juga mengungkapkan, penyusutan sapi potong di setiap RPH hampir mencapai separoh dari total ketersediaan sapi potong yang ada. Seperti halnya di RPH Pegirian Surabaya yang tercatat ada 155 ekor dengan sapi betina berjumlah 112 ekor. “Rata-rata sekitar 260 ekor tiap hari harus siap potong,” katanya.
Hal serupa juga terjadi di RPH Kedurus. Sebelumnya, di RPH kawasan Surabaya Selatan tersebut, bisa memotong lebih dari 100 ekor dalam sehari. Namun, sejak 2013, RPH Kedurus hanya mampu mendatangkan 55 ekor tiap hari. “Susut rata-rata 40-50 persen. Itu hampir merata di semua RPH di Jawa Timur. Di Krian saja, dari sebelumnya 200-220 ekor, sekarang hanya mampu memotong 125 ekor tiap hari,” pungkas Muthowif. (ani)