Suraaya,mediakorannusantara.com- – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) selalu produktif dalam mengembangkan berbagai inovasi yang handal setiap tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan empat karya mahasiswa ITS yang semuanya berhasil memperoleh penghargaan dalam ajang World Invention and Technology Expo (WINTEX) 2019 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Karya inovasi tersebut adalah alat yang bernama Antasena 3D Printed Wheel dan Smart Renewable Floating Energy Generator (SEAFERS) yang berhasil memperoleh medali emas. Kemudian dua inovasi lainnya yaitu Antasena Portable Extruder Machine dan Antasena Engine Control Unit (ECU) yang sukses meraih medali perunggu dalam ajang internasional tersebut. Selain itu Antasena 3D Printed Wheel juga sukses meraih Best Innovation Award dan menjadi inovasi terbaik dalam event tersebut.
Salah satu anggota Tim Antasena ITS, Muhammad Iqbal Al Barsyi menjelaskan bahwa tiga dari empat alat tersebut merupakan inovasi dari Tim Antasena ITS, dan satu yang lain merupakan inovasi dari tim yang berasal dari Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS.
Dijelaskan oleh mahasiswa yang kerap disapa Iqbal ini, Antasena 3D Printed Wheel merupakan velg yang material utamanya terbuat dari plastik. Sehingga velg dari plastik tersebut jauh lebih ringan daripada velg biasanya. “Bila velg biasa memiliki berat 2 sampai 3 kilogram, velg ini hanya sekitar 1,1 kilogram,”ungkap mahasiswa Departemen Teknik Kimia ITS tersebut.
Selain itu, lanjut Iqbal, biaya pembuatannya juga relatif lebih murah dibanding velg pada umumnya. Dalam proses pembuatannya sendiri, velg didesain menggunakan aplikasi kemudian dicetak menggunakan mesin 3D Printer. Tim Antasena ITS juga bekerja sama dengan Tim Mobil Listrik Nasional (Molina) ITS dalam pencetakannya.
Sehingga untuk ke depannya, Iqbal berharap velg tersebut dapat digunakan langsung pada mobil. Dengan bobotnya yang lebih ringan, secara tidak langsung juga akan mengurangi bobot mobil dan bahan bakar juga akan semakin efisien.
Sedangkan Antasena Portable Extruder Machine merupakan alat untuk mengubah sampah plastik menjadi filament. Filament sendiri ibarat tinta dalam proses percetakan 3D yang sudah banyak digunakan pada saat ini.
Menurut Iqbal, cara kerja dari alat tersebut yaitu dengan melelehkan material plastik tersebut pada suhu tertentu. Selanjutnya dari alat tersebut akan keluar filament yang siap digunakan sebagai tinta dari mesin cetak 3D.
Selain biayanya yang murah, alat tersebut juga telah didesain dengan praktis dan mudah untuk dipindahkan. “Selain itu, alat ini juga memiliki keunggulan untuk mengurangi sampah plastik menjadi lebih berguna lagi,” ungkapnya, Senin (14/10).
Kemudian alat ketiga milik Tim Antasena ITS, yakni Antasena ECU adalah unit kontrol elektronik yang mengontrol aktuator pada mesin pembakaran dalam untuk memastikan kinerja mesin dengan optimal. Alat tersebut membaca nilai dari banyak sensor yang ada di dalam ruang mesin. “Sehingga dapat menginterpretasikan data menggunakan peta kinerja, multidimensi, dan menyesuaikan aktuator mesin,” ujar mahasiswa angkatan 2017 tersebut.
Antasena ECU juga menyediakan banyak opsi khusus untuk mengatur setelan dengan bebas, tidak seperti ECU lain yang hanya dapat menyediakan mode tetap. “Selain itu, ECU ini terdiri dari beberapa bagian elektronik yang dapat dengan mudah kita peroleh di pasaran dan menjadikannya instrumen sederhana untuk fungsi yang penting,” tutur Iqbal melalui pesan media sosial.
Sedangkan salah satu anggota tim dari Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS, Muhammad Taufiq Fathurrahman, yang mengusung inovasi bernama SEAFERS menceritakan, jika alatnya tersebut merupakan pembangkit listrik apung cerdas yang memadukan konsep energi terbarukan. Yaitu dengan menggunakan energi angin yang menggerakkan Kincir Savonius, dan juga energi arus laut yang akan menggerakkan turbin Gorlov Helical Turbine.
Hebatnya, lanjut pemuda yang biasa disapa Taufiq ini, pembangkit tersebut ternyata hampir tidak membutuhkan biaya operasional. Biaya operasional hanya terletak pada gaji karyawan, dan perawatan fasilitas gedung saja. “Selain itu, energi listrik yang dihasilkan ternyata tidak menimbulkan polusi,” ungkap Taufiq yang juga dihubungi lewat media sosial.
WINTEX 2019 sendiri merupakan sebuah ajang bagi para inovator muda berskala internasional untuk mempresentasikan karyanya. Kali ini, kegiatan tersebut diikuti oleh 15 negara yang berbeda dari seluruh dunia.
Sementara itu Iqbal berharap, semoga lebih banyak lagi mahasiswa, khususnya mahasiswa ITS yang mampu berkontribusi lebih bagi bangsa Indonesia melalui inovasi teknologi yang dapat diterapkan dan digunakan langsung oleh masyarakat luas. (wan/mad)